Banyak dari rentetan kehidupan yang selalu membuat kita bertanya mengapa dan kenapa. Namun, apakah kita harus berhenti di ujung bait mengapa dan kenapa? Kalau batas kuasa hanya menguraikan pertanyaan dan sedikit menyunggingkan wajah sembari melangkah pergi, maka burung Beo pun bisa berlaku sama. Hidup bukan lantunan pertanyaan semata yang harus kita kerjakan.
Silahkan merangkai tanya hingga kesan elegan dan pintar menyemat Anda, tapi ingat sebelum kita melepas anak panah yang akan kita lontarkan, kalkulasi terlebih dahulu sebelum lejitan itu tersemat. Buat perencanaan dengan matang serta holistik sehingga muara hasil yang kita dapatkan sesuai dengan ekspektasi yang tertoreh.
Hasil yang terbaik beranjak dari pemikiran yang terarah dan terstruktur serta dibingkai dengan irisan pengalaman yang mumpuni. Jangan hanya mampu meniti dan melantunkan irama sumbang, namun tak menghargai eloknya suara merdu yang terpahat.
Jika hanya mampu melejitkan kata dan tanya, tanpa tujuan dan langkah setelahnya, maka jangan memantaskan diri pada posisi terbaik. Nilai kelayakan dan kepantasan bukan hanya berkiblat pada bagaimana dan kenapa semata, tapi butuh aksi nyata dalam menguraikan setiap lontaran yang terujar.
Rangkai setiap tanya dengan jawaban yang tidak ambigu sehingga tidak menghanyutkan banyak orang di dalamnya. Sematkan tanya dengan buah yang berbulir hasil. Sebab hidup bukan drama seri yang tersaji, bukan sekedar tontonan yang bisa kita kutuk dan kita recehkan.
Dalam meretas kehidupan jangan hanya memantik protes sebab jika hanya mau menonton apa yang terjadi maka burung Beo pun tak kalah sigapnya untuk meneror suguhan yang tersaji. Tapi pantaskan lah diri kita. Dengan berani menggenggam resiko dari pesona kehidupan sembari terlibat dalam putaran yang terjadi dalam kehidupan.
Sejauh ini kita terkadang banyak melihat titik terang dari semua yang terjadi hanya bersandar pada luapan dan tanya yang tak berkesudahan. Hingga alunannya menyeret titik sadar yang ada bahwa kita tidak lebih baik dari mereka yang kita serang dengan kerumitan pertanyaan yang ada.
Yang paling bagus adalah banyak bicara dan banyak bekerja, dengan memaksimalkan konsep personal marketing, menjual diri dengan cara yang positif. Proporsi antara bertanya dan menyelami jawaban berimbang satu sama lain, sehingga bukan kesan semata bisa menguraikan protes tapi lebih elegan menguraikan titik pemecahan masalah bagi kehidupan yang ada.
Alunkan secara tegas dan positif bahwa setiap bait kata yang terlontar adalah berawal dari keberhasilan langkah yang kita buat, sembari memberi tahu orang lain atas keberhasilan yang telah dilakukan. Tentu saja bicara yang baik, sesuai fakta, dan tidak dilebih-lebihkan. Sambil menyematkan prestasi akan terlihat ciamik ketimbang banyak memberikan kata tanya. Tanpa harus membuktikan keabsahan dari aksi yang kita lakukan.
Sudah waktunya kita mengibarkan bendera kemenangan dengan kibaran prestasi buah dari kerja keras yang kita lakukan. Bukan pamer, tapi sebagai contoh, sebagai pembeda dengan orang lain. Jangan sampai orang-orang seperti ini tenggelam dan dimanfaatkan oleh orang lain. Hanya karena sedikit bicara dan banyak bekerja, sebab hidup butuh cahaya untuk diri sendiri dan orang lain.
Penulis : Askarim
Editor: Faudzan Farhana
Ilustrasi: Yati Paturusi
Gambar: pixabay.com