Setiap jejak kehidupan tentunya akan menyisakan alunan cerita dengan segala genrenya. Kadang ia mengulir dengan kesedihan, dan terkadang pula menabur rasa dengan gumpulan kebahagiaan yang tertoreh. Inilah misteri dari kehidupan yang selalu menoreh penggalan bait cerita di setiap jelmaannya.
Rangkaian cerita itu akan menegak dengan apik kala kita mampu menyandarkannya dengan labuhan rasa dari piringan masa lalu. Ya, dialah kenangan, setiap aktor dalam kehidupan tidak luput dari lembaran masa lalu entah itu berwujud indah ataupun berakhir dengan segenap lara dan duka yang bersemayam. Namun, di sinilah letak dari misteriusnya kehidupan di mana kita tidak akan mampu menyibak kabut gelapnya dan hanya bisa berjuang untuk menjadikan pembelajaran hidup akan setiap lembaran kenangan masa lalu.
Setiap individu tentunya akan mengukir cerita berbeda satu sama lainnya, secara pribadi kesan yang masih begitu membekas saya rasakan adalah suasana kebersamaan kala masih di SMUDAMA. Di mana rasa terbangun dengan alas kebersamaan begitu indah terpahat. Tak ada garis pembatas tercipta antara satu dengan yang lainnya, yang ada kami sama dan akan tetap sama di bingkai kehidupan kolektif.
Jejak rasa ini, mungkin terlahir karena dari atap yang sama, bisa jadi. Namun yang pasti, fondasi rasa akan mengental kala kita melalui proses yang sama. Ya, kehidupan asrama selalu beririsan alunan cerita yang hampir serupa. Smudama, sekolah yang berbasis home schooling ini tak pernah sepi akan cerita dan kenangan di mana tautan ikatan antara sesama hanya persoalan angka semata, namun labuhan rasa tidak akan pernah jauh.
Masih begitu hangat dan mendalam terasa saat akhir pekan tiba. Gegap rasa itu terukir begitu indah di wajah kami, suara lantunan cerita, dan segudang rencana bergelayut hebat di dada. Rasa penat dan lelah akan terbayar tunai dengan suguhan dan rangkaian cerita yang akan terjalani sebentar malam atau esok nanti. Lantunan musik akan menjadi pengingat nyata jiwa dan semangat kerinduan yang begitu bertahta di penghuni Palem dan Pinang. Sayup-sayup lengkingan suara Fadly (vokalis Band Padi) melantunkan bait-bait syairnya:
Oh, sobat, maafkan aku mencintainya
Aku tak bermaksud membuatmu sungguh tak berarti
Oh, sobat, maafkan aku mencintainya
Aku tak bermaksud membuatmu sungguh tak berarti
Mencoba menahan himpitan rasa itu
Merajam keruhnya jiwaku
Ternyata hidupku dan dirinya terikat rasa tulus
Takkan menyusutkan pelukku dan rindunya
Jeritan kerinduan begitu terasa menyelimuti dada kami, seakan menyedot kami pada labuhan rasa semua akan indah pada waktunya. Suara kerinduan itu menjadi perantara bagi kami untuk tetap solid menggapai mimpi ke depan. Kami berjanji tak akan merajam jiwa demi dan untuk kebaikan esok dan hari-hari berikutnya.
Mari kita tabur keindahan dengan belajar pada sapuan kenangan yang ada. Singkirkan slide yang membuatmu terluka dan jadikan dia sebagai pembelajaran hidup. Karena kenangan tidak akan kembali. Hargailah kenangan yang telah mendewasakanmu dan menguraikan kisah yang tak akan pernah terulang kembali. Kenangan lahir untuk menghangatkan jiwa. Dia memapah kita pada relung yang indah di masa lalu.
Hargai setiap slide yang berlalu dalam hidup, nikmati setiap ritmenya, dan ambil pelajaran berharga dari setiap pengalaman yang ada. Karena setiap goresan masa lalu yang kita toreh akan menjadi buku kecil yang menabur aroma penghangat yang selalu kita bawa ke masa depan. Setiap individu tentunya akan mengukir cerita yang berbeda-beda, namun bagi saya, kesan yang paling membekas adalah suasana kebersamaan saat masih duduk di SMA.
Baca juga: Rahasia Pengelolaan Waktu
Keterangan:
Smudama: singkatan dari SMU 2 Malino. Nama sekolah yang dahulu sekarang telah berganti menjadi SMAN 5 Gowa.
SMA: singkatan dari Sekolah Menengah Atas.
Palem, Pinang: dua nama asrama putra di Smudama
Penulis: Askarim
Editor: Irfani Sakinah
Ilustrasi: Uli’ Why
Gambar: Arthur Smudama