Setiap plot kehidupan selalu tertakar dengan kuasa yang berbeda-beda, kadang suguhannya selalu membuat kita bertanya-tanya mengapa dan kenapa? Itulah kehidupan, alurnya tidak bisa kita tabur dengan skenario yang tersemat seperti bait-bait tulisan yang tertoreh di lembaran skrip. Semua mengalun begitu apik dengan hempasan misterinya. Goresan kebahagiaan dan kepedihan berlabuh di ruang tak terduga. Apa yang kadang kita dambakan terhempas jauh di arah yang tidak kita harapkan. Semua memang misterius, itu lah lantunan nyata dari sisi kehidupan.

Dan di sini pula lah letak adilnya kehidupan. Setiap cerita untuk langkah esok selalu terselubung di jubah misterius. Untuk membuat kita lebih jeli dan selalu berhati-hati menautkan cerita di hari esok.  Seperti pahatan yang misterius, kehidupan di asrama selalu membuat kejutan yang berbeda-beda, antara kemarin dan esok tidak akan terangkat dengan narasi yang sama semua mengalir dengan tersendiri.

Gumpalan rasa berlabuh dengan dekapan yang berbeda-beda masing-masing orang. Ada yang bersenandung dengan bahagia dan ada pula yang meratapi rasa dengan kerinduan yang memuncak di rongga dadanya. Sehingga tercetak di guratan wajah yang membatu dengan tatapan yang hampa di taman asrama sembari menikmati suasana menanti sunset tenggelam di bawah kaki Latimojong.

Di beranda berbeda, lantunan musik di sudut kamar membelokkan cerita bahwa hidup bukan lagi tambang kesedihan akan tetapi berdiri tegak dengan jiwa yang optimis. Seakan memberi penjelasan bahwa rotasi itu akan selalu berjalan dalam bingkai kehidupan kita.  Seperti tautan harapan dalam syair lagu Sheila on 7 yang selalu menjadi top hits kala itu di tangga lagu, kurang lebih reffnya seperti ini:

Seberapa pantas kah kau untuk kutunggu
Cukup indah kah dirimu untuk selalu kunantikan
Mampukah kau hadir dalam setiap mimpi burukku
Mampukah kita bertahan di saat kita jauh
Seberapa hebat kau untuk kubanggakan
Cukup tangguh kah dirimu untuk slalu kuandalkan
Mampu kah kau bertahan dengan hidupku yang malang
Sanggupkah kau meyakinkan di saat aku bimbang

Seberapa Pantas oleh Sheila on 7

Lantunan lagu ini, menyeruak lepas menjadi motor kejiwaan penghuni asrama. Bahwa ada yang lebih pantas dari keberadaan kami di SMUDAMA yaitu impian yang menanti di lembaran masa depan berbalut keberhasilan.  Bukan hanya kecupan kerinduan beralas rasa yang hanya berlabuh sebentar setelah itu membias dalam pusaran berirama asmara dan berakhir dengan rasa sesak yang memahat.

“Seberapa pantaskah kau untuk kutunggu,” adalah suatu penekanan akan kekuatan jiwa untuk lebih mengedepankan amanah untuk terus berpacu mengisi keilmuan dibanding cerita asmara semata. Sebab tawaran kehidupan jelas dan tegas, yang bisa melalui tensi dan badai gemuruh kehidupan adalah mereka yang meletakkan kesadarannya dalam tautan saling memahami dan dipahami satu sama lain. Bukan mereka yang melihat kesempatan untuk saling memangkas dan menelan, yang merekah dibalik jubah kemunafikan.

Maka buatlah dirimu lebih pantas menghadapi realitas sebab indahnya cerita hari ini bermula dari kematangan kita mempersiapkan bekal jauh hari sebelumnya. Dan yang terpenting pula menjadi bahan perenungan secara kolektif bahwa muasal kegagalan kita bukan karena kita tidak memiliki bakat dan potensi tapi karena kurangnya kita mempersiapkan diri untuk kepantasan itu sendiri.

Keterangan:
Latimojong: nama pegunungan yang menghiasi pemandangan asrama di SMUDAMA.

Penulis: Askarim
Editor: Faudzan Farhana
Ilustrasi: Yati Paturusi
Gambar: Canva

One thought on “Buat Pantas Demi Kelayakan”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!