Hatiku kadang berperasa
Ajal kian hari berdekatan
Bagai pelita hampir redup
Andaikata angin bertiup
lantas ia akan mati

Mata-mata rahasia telah mengintaiku
Dia dekat, begitu dekat
Berhampiran dengan diriku
Bagai angin yang menelisik tubuhku dan laksana angin tiada nampak namun dirasa
Tanda-tanda Sang Tuhan lalu tampakkan
Lalu aku hiraukan bagai hembusan angin menerpa-nerpa
Ia goda aku dengan hal manis
Suguhkan-Nya anggur hitam memabukkan diriku
Padahal ajal sudah
Berada di hadapanku

Sampai tiba kala itu
Tak tahu-menahu aku sudah candu
Anggur hitam itu telah memperdalam lautan kenistaan

Kurasakan begitu sakit
Amboy, amat dahsyat!
Berkali lipat ganda sakit dirasa
Bagai dicambuk dengan baja yang dipanaskan
Di atas api tak lagi merah melainkan bercampur hitam
Pedih, perih, luka berhingga bercucur darah nan bernanah
Tak kuasa aku merasa
Ajal t‘lah tiba
Lidah kelu tiada berkata
Aku terpejam tiada memejam
Dan sekarang badanku tertinggal di kehinaan
Sedang rohku memulai perjalanan

Sebuah negeri kehidupan berperadaban ia berkelana
Memikul dosa ia bertumpuk
Sedang pahala ia merunduk
Hingga nanti tiba hari keabadian
Akhir sebuah tujuan
Menutup kisah-kisah perjalanan
Surga hanya keinginan tak kesampaian
Dan bekal hanya cukup tuk neraka sebagai hunian

Penulis : Deflin Gani
Editor : Irfani Sakinah
Ilustrasi : Yati Paturusi
Gambar : canva.com

One thought on “Sampai Tiba Kala Itu”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!