Meraih mimpi menjadi topik yang paling hangat di masa SMAku. Novel yang membahas kisah orang-orang yang memperjuangkan mimpi sangat laku di masa itu. Salah satunya adalah novel Negeri 5 Menara. Sebuah novel yang diliputi oleh rangkaian cita-cita serta jatuh bangunnya kita dalam meraih cita-cita.
Namun, kali ini bukan tentang cita-cita yang akan saya ceritakan. Bukan karena dengan membaca buku itu, sehingga saya dan kawan-kawan saya menjadi perangkai mimpi, perajut asa. Bukan. Namun, karena membaca buku itu saya jadi rajin salat di masjid. Loh? Kok bisa? Ya begitulah, hidayah datang dari lembar-lembar novel tersebut.
Jadi, zaman saya di SMUDAMA, masjid di dekat sumur samping aspuri itu sudah selesai direnovasi, jadi sudah bisa kami pakai. Sehingga terbentuklah aturan baru yaitu kita wajib salat di masjid, khusus untuk salat Magrib dan Subuh (yang subuh hanya wajib bagi lelaki, seingat saya).
Akhirnya saya salat magrib di masjid sesuai arahan ketua remaja masjid waktu itu. Setelah salat, kita akan berkumpul sambil membahas hadis, fiqih, dll. Waktu itu sembari menunggu, isenglah diriku melihat-lihat buku. Eh, mataku kecantol sama Novel Negeri 5 Menara. Baca-baca dikit, ternyata menarik. Niat hati ingin meminjam, ternyata tidak diperkenankan untuk dibawa keluar masjid. Ya sudahlah ya, saya balik ke kamar dengan tangan hampa. Malam harinya saya cukup gelisah karena penasaran dengan isi buku tersebut. Apalagi ceritanya sangat relate dengan kehidupan berasrama di SMUDAMA.
Ada waktu rihlah, ada jam malam, ada pemantapan malam, dll. Jadi menurutku sangat menarik. Alhasil keesokan harinya di waktu duhur saya jadinya salat di masjid, begitupun Asar, Magrib, Isya, Subuh, sampai berhari-hari selanjutnya saya jadi rajin sekali salat di masjid. Ternyata hal tersebut cukup menarik perhatian teman kamar saya yang juga anak remaja masjid.
Ia berkata seperti ini pada saya: “Meskipun rajin salat di masjid, saya juga ga tau kamu bisa masuk remaja masjid apa tidak. Saya juga ga ngerti kenapa kemarin kamu ga dipilih masuk remaja masjid.”
FYI, di zaman saya tidak semua murid bisa jadi pengurus remaja masjid. Sebagai murid yang pernah mengajukan diri namun ditolak ternyata temanku mengira bahwa ini bentuk aksi saya terhadap penolakan tersebut. Padahal, ini semata-mata hanya urusan duniawi loh saya rajin ke masjid. Tapi saya tidak melakukan klarifikasi juga. Siapa tahu jadinya saya keterima jadi pengurus. Kebiasaan saya ini pun terus berlanjut.
Singkat cerita, seingat saya sekitar 1 bulan akhirnya saya merampungkan buku tersebut (waktu yang cukup lama). Setuntasnya buku itu, tuntas pula kebiasaan saya salat di masjid. Saya hanya pergi saat magrib. Akhirnya teman saya kembali bertanya, mengapa berubah, dan akhirnya saya pun memberikan klarifikasi yang ditanggapi dengan tawa dan geleng kepala dari teman saya itu.
Insight dari cerita saya adalah suatu kebiasaan baik perlu dilandasi oleh niat yang benar. Saya cukup sedih karena kebiasaan salat berjamaah saya jadinya luntur setelah menyelesaikan novel tersebut. Tapi, setiap kali saya melihat novel tersebut, ingatan saya langsung melayang ke masjid di SMUDAMA dan kebiasaan baik itu. Semoga ke depannya saya bisa lebih istiqomah dengan niat yang lebih lurus dibanding sebelumnya.
Keterangan:
relate: istilah dari bahasa Inggris yang menunjukkan situasi yang berhubungan, atau dirasa mirip.
FYI: singkatan dari for your information yang berarti informasi tambahan.
insight: istilah dari bahasa Inggris yang dalam tulisan ini berarti pelajaran yang dapat dipetik.
istiqomah: istilah dalam bahasa Arab yang berarti konsisten melakukan perbuatan yang baik.
Penulis : gameonly
Editor : Faudzan Farhana
Ilustrasi : Uli’ Why
Gambar : Nur Rifqah Zain ; dafont