Dua Orang Saling MenungguDua Orang Saling Menunggu

Starla sedang sangat serius mengerjakan pekerjaan kantornya di kamar berukuran 4 x 6 meter. Bunyi antara laptop, pensil, dan kertas saling beradu. Hanya ada ritme itu, sampai terdengar suara pintu terbuka. “Krikkkkk,” nampak wajah adiknya, Trinity nongol dari balik pintu.

“Sudah selesai?” tanya Trinity, pemilik suara di balik pintu.

Starla tersenyum, mengangkat kepalanya sembari menghela nafas. “Alhamdulillah, tapi masih mau kucek ulang.”

“Ayo, jalan cari udara segar, biar dapat stamina lebih untuk lanjut kerjanya,” balas Trinity. Starla  tersenyum, masih dengan posisi kepala menoleh, memberi anggukan kecil, berdiri meregangkan badannya, dan mengambil handuk untuk bersiap-siap.

Ya, hari ini Starla mendapat disposisi dari atasannya untuk mengikuti kegiatan di ibukota negara pada hari Senin. Biasanya Starla berangkat hari Minggu pagi, tapi kali ini dia meminta izin berangkat lebih awal pada Jumat sore selepas jam kantor. Dia sengaja berangkat lebih cepat karena ingin berkunjung ke kota lain bersama Trinity. Kota yang waktu tempuhnya 2 jam dari ibukota dan akan kembali hari Minggu.

Starla harusnya masuk hotel pada hari Minggu. Namun khusus perjalanan dinas kali ini, dia tidak ingin menggunakan hak itu. Starla hanya ingin bersama adiknya. Segala sesuatunya telah tersusun dengan baik.

Namun mendadak ada pekerjaan yang harus dikerjakan dan deadline-nya sehari setelahnya, membuatnya urung melakukan jalan-jalan itu. Sabtu dan Minggunya akan digunakan untuk kerja. Bahkan jetlag membuatnya tetap membuka laptop untuk kerja.

Sesungguhnya ada sesuatu yang membuat dada Starla sesak. Setidaknya dinas luar ke ibukota negara serta tugas deadline membuat Starla bisa sedikit berpaling dari hal tersebut.

Source : Dokpri Penulis

Meskipun sudah dalam keadaan rapi, Starla dan Trinity memutuskan berangkat setelah menunaikan salat Magrib, mengingat mall yang akan didatangi lumayan jauh dari tempat tinggal mereka. Mall Orchid Garden berada di Barat Athena, sedangkan Starla dan Trinity tinggal di Athena Pusat.

Mereka berjalan menuju sebuah halte busway bernama Harmony. Seperti biasa Starla berjalan sambil melilitkan tangannya di lengan Trinity. Meskipun berusia dua tahun lebih tua dari Trinity, tapi Starla seperti anak bungsu yang begitu manja kepada saudara-saudaranya, tanpa terkecuali.

Setelah menaiki tangga di halte, tampak beberapa pedagang asongan. Starla berhenti sejenak, membeli beberapa gelang, sengaja melebihkan uang dan tidak mengambil kembaliannya. Demikianlah cara Starla bersedekah kepada pedagang kecil tanpa melukai harga diri mereka.

Beranjak ke penjual yang menjajakan snack, Starla melakukan hal yang sama. Dia membeli beberapa jajanan yang bisa dijejal ke dalam tasnya. Trinity tersenyum, dia paham betul kelakuan Starla dan tahu kalau seluruh jajanan itu bukannya dimakan melainkan akan diberikan ke Cici, panggilan seorang ibu yang membantu bersih-bersih setiap hari di tempat Trinity.

Baca juga : Tidak Ada Janji untuk Hari Esok

Bunyi halte busway beradu dengan sepatu Starla dan Trinity, Starla memandang langit, dan ingat bahwa nama “Starla” adalah pemberian orang tuanya yang berarti bintang. Dia benar-benar bahagia pernah menjalani hari-hari sebagai volunteer untuk anak-anak di desa. Itu membuatnya hidup seperti filosofi bintang. Memberi kebahagiaan kepada orang-orang.

Seorang teman dekatnya pernah berkata, “Starla, kamu itu terlalu baik. Orang-orang yang dekat denganmu maupun tidak, beruntung kamu beri kebahagiaan dan kamu tolong. Tapi kamu jangan lupa dirimu juga harus bahagia. Jangan lupakan tentang kebahagiaanmu sendiri.” 

Mengingat itu, Starla tiba-tiba menghentikan langkahnya yang membuat Trinity kaget. Dari mulut Starla tiba-tiba bergumam lirih yang nyaris tak terdengar, “Peter sudah menikah, orang-orang membagikan foto pernikahannya di grup kantor.”

Trinity melepas tangan Starla yang melingkar di lengannya. Kemudian memutar badan ke samping, hingga wajahnya tepat berhadapan dengan wajah Starla. Trinity sedikit lebih tinggi daripada Starla, ia menunduk memandang kedua mata Starla yang sendu. Trinity kemudian memegang kedua tangan Starla dan dengan lugas berkata, “Peter sudah move on dan bahagia! Lihat dirimu sekarang betul-betul menyedihkan! Ruginya kamu kalau masih memikirkan Peter.”

Trinity berjalan maju melanjutkan perjalanan, tetapi Starla diam membisu. Kakinya tidak mampu melangkah, sayapnya terasa patah, dan ingatannya kembali ke masa itu. Starla benar-benar merasa rapuh.

Hal yang membuat dadanya sesak beberapa hari ini. Yang membuat Starla tidak mengerti dan kadang bertanya-tanya sendiri. “Apa itu bahagia? Apa itu luka?” Yang membuat Starla hanya menjalani hidupnya dengan terbangun, berkegiatan, makan, minum, dan tanpa arti. Yang membuat Starla benar-benar ingin lari dari dunia ini.


bersambung

Penulis : Kartika Yusuf
Editor : Farahlynaa
Gambar : Dokpri penulis, @arskyphotograph_

CATATAN :
Disposisi = Pendapat seorang pejabat mengenai urusan yang termuat dalam suatu surat dinas, yang langsung dituliskan pada surat yang bersangkutan atau pada lembar khusus
Deadline = Batas waktu untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan
Jetlag = Kondisi yang tidak nyaman pada tubuh akibat perjalanan udara melintasi zona waktu berbeda
Move on = Meninggalkan tempat yang selama ini ditinggali untuk menuju ke tempat yang baru. Istilah ini sering digunakan pada orang yang putus hubungan dan tidak lagi meratapi kandasnya hubungan tersebut

One thought on “Dua Orang yang Saling Menunggu (Part 1)”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!