Starla adalah gadis periang dan ramah. Ia memiliki pribadi yang hangat, penuh empati, dan romantis. Tidak sungkan memuji orang lain, penyayang keluarga, dan suka menolong. Ia juga senang bercerita, bersenda gurau dan bermain bersama teman-temannya. Starla gadis yang ekspresif, aktif, dan giat. Ia terlihat seperti gadis yang begitu mudah mengungkapkan perasaannya pada orang lain. Termasuk soal pria yang dia inginkan, yakni Peter.
Starla waktu itu sangat bahagia bisa diberi kesempatan merantau di salah satu Bumi Allah, dan berkarya di tempat kerja yang sangat disukainya. Di sanalah ia bertemu dengan Peter.
Meski usianya tujuh tahun lebih muda dari Starla, tapi Peter merupakan seniornya di dunia kerja. Starla mencintai Peter karena Allah SWT. Ia begitu mengagumi Peter, lelaki saleh, rajin salat, dan seorang hafiz. Meski Peter bisa disebut sebagai seorang “putra mahkota” karena ayahnya mantan pejabat orang ketiga petinggi di daerah tersebut, Peter sangat bersahaja. Ia sosok pekerja keras, sederhana, dan tidak suka membanggakan diri.
Soal perasaan Starla, berbeda jauh dengan deskripsi orang-orang tentang dirinya. Melihat sosoknya yang aktif, banyak orang beranggapan jika Starla akan mudah mengungkapkan kekagumannya pada Peter. Apalagi Starla seringkali bercerita dengan mata berbinar tentang pria idamannya itu.
Sayangnya, Starla selama ini hanya bisa mencintai dalam diam dan berdoa kepada Sang Pencipta agar Peter menjadi kekasih hatinya. Saat Peter mengajaknya taaruf, barulah Starla mau menyatakan perasaannya. Ia juga akan mulai memberanikan diri untuk mengajak Peter bermain dan tak segan untuk meminta pertolongannya. Starla akan terbuka dan membicarakan tentang masa depan mereka bersama.
Di satu sisi Peter juga sebenarnya sangat menyukai Starla. Umurnya yang sudah hampir 26 tahun membuat orang tuanya mulai meminta Peter untuk segera mencari istri. Dan pilihan Peter adalah Starla.
Mulailah Peter mencari tahu tentang Starla pada teman satu bidang di departemen tempat Starla bekerja. Tapi ternyata teman di departemen Starla tidak satupun yang menyampaikan kepada gadis ceria itu jika Peter menyukainya. Justru salah satu temannya yang sering minta tolong pada Peter. Tidak main-main, temannya itu juga bisa langsung mendatangi meja Peter untuk mengajaknya keluar bersama. Ia juga sering memandangi Peter setiap kali lelaki itu lewat di depannya.
Melihat situasi tersebut, Starla jadi membenci dirinya sendiri karena tidak mampu berbuat hal yang sama. Starla merasa harus melakukan taaruf dulu dengan Peter baru sanggup melakukan hal serupa.
Peter adalah cowok yang posesif. Setiap kali Starla lembur sendirian, Peter selalu datang, tapi hanya sampai di bagian umum kantor. Dalam kondisi seperti itu, Starla selalu berharap Peter datang menghampirinya. Tapi di satu sisi Peter juga selalu menunggu Starla untuk datang dari ruang kerjanya ke bagian umum. Setiap kali akan pulang, Starla hanya bisa melewati Peter tanpa menyapanya. Perasaan Starla sedih bercampur marah diri sendiri. Peter juga sedih dan patah hati karena merasa diabaikan oleh Starla.
Situasi begitu rumit bagi Starla, sampai akhirnya Starla menulis di salah satu sosial medianya tentang perasaannya dengan Peter. Hal itu dilakukannya dengan harapan bahwa ada teman baik Peter yang akan menemukan tulisannya. Sayangnya, ketika ada teman kantor yang mengetahui perasaan Peter pada Starla, orang tua Peter justru marah. Mereka pun bertanya siapa PHB (penghubung) yang mengatakan jika Starla tidak menyukai Peter. Karena hal itulah yang membuat Peter patah hati dan tidak bersemangat di rumah.
Ternyata selama ini ada jin perempuan yang bercokol di otak Starla dan ia tak menyadari akan hal itu. Sosok jin itu dicurigainya menemui teman satu departemen Starla dan memberi tahu cara agar bisa melihat dan mendengar setiap kegiatannya.
Dilandasi pemikiran bahwa Starla tidak menyukai Peter, sang teman mau memberitahu kepada keluarga Peter keseharian Starla yang menunjukkan bahwa Starla memang tidak menyukai Peter. Sayangnya hal itu tidak berlangsung lama.
Saat akhirnya tiba kesempatan taaruf, semua yang berharap mereka berjodoh senang dan meminta Peter segera mengajak Starla taaruf. Sayangnya teman di departemen Starla itu menghalangi-halangi dan dengan lidahnya yang licik mengatakan, “Hmmmmm menarik.”
“Menurutmu kenapa tiba-tiba Starla mau denganmu, Peter?”
Ia terus memanas-manasi Peter dan berusaha menanamkan pikiran negatif di dalam diri pria itu. Pemikiran bahwa Starla terpaksa menerima ajakan taaruf karena Peter yang memintanya, bukan karena cinta.
Peter akhirnya gagal mengajak Starla taaruf. Meskipun Starla sudah menjelaskan panjang lebar, tidak ada yang percaya. Mereka menyebutnya, sesuatu yang tidak bisa dipaksakan dari hati.
Starla hanya bisa selalu mengungkapkan perasaannya di sosmed tentang keinginannnya untuk menikah. Berharap itu dijadikan acuan oleh Peter untuk mengajaknya taaruf dan membahas pernikahan sebagai ibadah dalam menyempurnakan agama.
Saat Starla menunggu Peter untuk menyatakan perasaan, ternyata Peter juga menunggu Starla agar diajak bermain. Ia berharap Starla bisa bersikap baik padanya, sama seperti interaksinya dengan teman-teman kantor yang lain.
Dalam situasi itu, Peter mendapat ajaran yang salah dari sosok jin perempuan yang mengganggu Starla. Sosok itu seolah mengatakan, karena Starla tahu dia mau menikahi Starla jadi Starla tidak bisa mengajak Peter berbicara. Akhirnya Peter terlihat seperti “jual mahal” ke Starla. Hal itu membuat Starla semakin sulit berinteraksi dengan Peter.
Perasaan suka Starla pada Peter semakin terasa tidak tersambut. Dua orang yang saling menunggu dengan perasaan terluka. Dan semua itu disebabkan oleh lidah kejam seorang wanita di kehidupan nyata dan sosok jin yang menghantui pikiran Starla.
Baca juga : Dua Orang yang Saling Menunggu (Part 1)
Penulis : Kartika Yusuf
Editor : Semirandah & Uli’ Why
Gambar : Ester Marie Doysabas