Aku seorang pemimpi yang dulunya mengasah pendidikan di bangku SMA, yaitu Smudama, sebuah sekolah andalan di Sulawesi Selatan. Sekolah ini berhasil menyatukanku dengan 94 pemimpi lain dengan harapan setelah lulus kami bisa sukses di bidang masing-masing. Namun, dua orang di antara kami telah gugur dalam perjalanan karena sakit yang mengharuskan mereka berhenti melanjutkan mimpinya bersama kami hingga akhir.
Semuanya dimulai dari sebuah film inspirasi dari buku karya Achmad Fuadi yang sempat menggemparkan seisi asrama pada masa itu. Kisah perjuangan Alif (tokoh utama) yang mengejar mimpinya untuk bisa bersekolah di SMA impiannya sejak dulu, namun ia menanggalkan impiannya demi mewujudkan keinginan orang tuanya untuk bersekolah di pesantren. Di sana, Alif berjuang untuk bertahan hidup dengan orang-orang asing baginya, berkegiatan bersama, makan bersama, segalanya dilakukan bersama-sama.
Ketika Alif berada pada titik terendahnya di pesantren itu karena tidak bisa melanjutkan pendidikan ditempat yang ia inginkan, teman-temannya ada untuk mendukung setiap langkahnya yang akhirnya membuat Alif tetap bertahan. Ia tetap mengejar mimpinya dengan teman asing yang akhirnya menjadi sahabatnya hingga mereka berhasil meraih mimpi mereka masing-masing.
Tidak jauh berbeda dengan Alif, aku juga bersekolah di tempat yang mengharuskanku tinggal bersama orang asing dan melakukan semua kegiatan bersama mereka di setiap harinya. Bedanya, aku nyaman dengan hidup yang kujalani saat itu.
Singkat cerita, saat aku duduk di bangku kelas tiga, film tersebut menjadi sangat populer di angkatanku. Hingga akhirnya, salah satu di antara kami (ATLANTIS), membeli bukunya untuk menjadi bahan bacaan demi mengisi waktu luang. Buku itu tidak mudah untuk didapatkan pada masanya, karena kami harus masuk daftar antrean dan menunggu buku itu selesai dibaca dari orang sebelumnya. Saat giliranku tiba, aku membaca buku itu dengan penuh semangat bahkan aku mengutip setiap kata-kata motivasi yang menurutku bisa menjadi pengingat saat aku terpuruk mempersiapkan ujian akhir kelulusanku.
Ada satu mantra dari buku itu yang menjadi penguatku sampai sekarang, yaitu mantra “MAN JADDA WAJADA” yang artinya, “Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil”. Aku ingat bagaimana aku menuliskan mantra itu di setiap sudut meja belajarku, dalam lemariku, dan buku-buku pelajaranku. Bahkan aku menuliskannya di bawah papan kasur temanku agar bisa terus kulihat saat terbangun dan saat akan tidur.
Tempat tidur kami di asrama adalah ranjang susun. Mantra tersebut menemaniku hingga hari ujian akhir kelulusanku dimulai, dan kami pun semua lulus dengan nilai yang baik pada saat itu. Bahkan banyak di antara kami yang lulus di universitas pilihannya tanpa perlu mengikuti tes masuk, termasuk aku yang berhasil lulus di Universitas Hasanuddin, salah satu universitas terbaik di Sulawesi Selatan.
Walaupun sekarang aku dan ATLANTIS tidak lagi melangkah bersama, impian kami tetap menuju ke arah yang sama. Semoga mantra “MAN JADDA WAJADA” selalu menjadi mantra terbaik bagi kita semua sampai untuk meraih mimpi masing-masing, sampai kapan pun itu. Selamat berpetualang di dunia yang sesungguhnya ATLANTIS! Aku percaya setiap langkah kita masih bermuara pada mimpi yang sama.
Baca juga: PACARITA
Keterangan:
ATLANTIS: nama angkatan 13 Smudama
Penulis: Red Girl
Editor: Irfani Sakinah
Ilustrasi: Uli’ Why
Gambar: Atlantis Smudama