Apa kabar Januarimu?
Januariku basah
Tubuhnya antah berantah
Musim begitu resah
Hujan begitu meriah
Apa kabar Januarimu?
Januariku menggigil
Nafasnya tinggal secuil
Awan menyembunyikan matahari begitu terpencil
Tak peduli dingin yang memanggil-manggil
Apa kabar Januarimu?
Januariku sakit
Ia terbaring di kalender yang sempit
Melahap bubur dan pil-pil rindu yang pahit
Juga segelas air hujan dari langit
Januari
Hujan begitu rusuh
Angin begitu riuh
Petir begitu gaduh
Seperti ledakan-ledakan waktu di dadamu yang gemuruh
Tapi, jangan khawatir, Januari
Telah kutabung hujan dalam matamu yang sendu
Untuk kita minum saat musim rindu yang kemarau
Atau menyeduhnya saat senja datang dengan malu-malu
Sembari bercerita perihal kita yang gagu
Telah kupeluk dingin yang menggigil di tubuh angin
Kemudian kubungkus angin dalam nafasmu yang miskin
Atau dalam paru-parumu yang penuh toksin
Agar tak ada lagi hembusan ingin yang ragu dalam Aamiin
Juga telah kupetik anak-anak petir dari tubuh langit yang angkuh
Lalu kusimpan dalam dadamu yang gaduh
Biar suatu hari dapat lagi kudengar ia bergemuruh
Meletup-letup tanpa ada lagi keluh
Lekas sembuh Januari
Agar aku bisa kembali berbincang denganmu yang sunyi
Merapalkan kalimat-kalimatmu yang grogi
Memungut huruf-hurufmu yang berjatuhan sendiri
Juga merapikan rintik hujan yang jatuh dari matamu tadi pagi
Penulis: Deflin Gani
Editor: Faudzan Farhana
Ilustrasi: Yati Paturusi
Gambar: pixabay.com