Sebuah hikmah dari min-maxing game Pokemon…
Perdebatan tentang seberapa besar pengaruh bakat dan kerja keras dalam kesuksesan seseorang di suatu bidang adalah hal yang sering kita temui di sekitar kita. Perdebatan Messi vs Ronaldo di dunia speak bola adalah salah satu contohnya. Rivalitas antara jenius dan pekerja keras juga menjadi sebuah cliché di dunia manga. Karena bukanlah hal yang mudah untuk memberikan angka untuk manusia-manusia, tulisan ini akan menggunakan pokemon sebagai perumpamaan manusia untuk berbicara tentang bakat dan kerja keras.
Strong Pokemon
Apa sebenarnya yang dijadikan patokan ketika merujuk pokemon sebagai pokemon yang kuat? Sebelum kita berbicara tentang semuanya ada 6 stats yang dimiliki pokemon, HP, Attack, Special Attack, Defense, Special Defense, dan Speed. Stats ini dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni: species strengths, individual value, dan effort value.
Species strengths
Pertama species strengths, merupakan nilai dasar yang dimiliki oleh setiap spesies pokemon. Misalnya maskot pokemon, Pikachu memiliki total species strengths sebesar 320, sedangkan Arceus memiliki total species strengths sebesar 720, tertinggi di luar mega evolution. Hal ini penting untuk kita ketahui, karena seberapa pun besarnya bakat dan usaha ada sesuatu yang melampauinya, jika di dunia pokemon hal itu dipaparkan sebagai species strengths, maka bagi manusia ada yang kita ketahui sebagai takdir. Mari kita pindah ke 2 faktor selanjutnya.
Individual value (IV)
Individual strengths, innate strengths, determinant values, adalah sederet istilah yang digunakan untuk merujuk kepada angka ini. Jika species strengths digunakan untuk membandingkan spesies yang berbeda seperti Pikachu dan Arceus di atas. Individual strength, digunakan ketika membandingkan apple to apple misalnya antara Pikachu to Pikachu. IV memiliki nilai 0-31 untuk setiap stats, dan ditambahkan ke species strengths untuk masing-masing stats menggunakan rumus yang silahkan dicari jika kurang kerjaan atau berniat bemain pokemon secara kompetitif. Eksistensi IV menyebabkan beberapa Pikachu lebih cepat dari Pikachu yang lain, sebagaimana beberapa manusia lebih cepat dari manusia lain, karena sesuatu yang sering kita sebut sebagai bakat.
Pokemon-pokemon yang digunakan di level kompetitif paling tidak memiliki IV maksimal di paling tidak 5 dari 6 stats yang disebutkan di atas. Pelatih Pokemon menghabiskan waktu puluhan hingga ratusan jam untuk mengembangbiakkan pokemon untuk mendapatkan IV ideal melalui sistem hereditas yang membutuhkan walkthrough. Produk utama dari program pengembangbiakan tersebut adalah beberapa pokemon yang ideal dan produk sampingan, sementara itu, banyak pokemon yang kurang ideal yang nasibnya tidak perlu kita cari tahu lebih jauh.
Sayang sekali, tidak seperti pokemon yang bisa mencapai ideal melalui trial and error, manusia hanya punya satu dirinya dengan “IV” yang kita miliki sejak lahir dan tidak akan berubah. Berhubung teknologi saat ini belum pada level meng-kloning dan melahirkan kembali versi terbaik dari diri kita, it is the only card we are dealt with.
Effort Values (EV)
Dikenal sebagai base points, tetapi untuk membedakannya dengan base stats mari kita sebut saja sebagai effort value. Sejak generasi awal, effort value didapatkan ketika pokemon digunakan dalam battle, atau menggunakan item peningkat EV. Di generasi-generasi selanjutnya ada cara alternatif seperti super training dan sebagainya. Uniknya, tergantung pokemon yang dilawan, nilai EV yang didapatkan bervariasi. Bisa jadi beberapa pokemon memberi EV lebih di defense, atau mungkin di special attack. Hal ini masuk akal, misalnya jika kita melakukan “effort” lebih di bidang matematika, maka stats kita di matematika akan bertambah. Namun, stats yang bertambah ini tidak ada hubungannya dengan IV alias bakat.
Nilai EV ini juga bukannya tidak terbatas, pokemon hanya bisa mendapatkan total EV sebesar 510 secara total, dan maksimal 252 dalam 1 stat. Mungkin ini yang membedakan pokemon dengan manusia. Batas EV pokemon sudah jelas, sedangkan manusia tidak demikian. Apakah EV manusia tidak terbatas? Tentu saja manusia pasti memiliki batasannya sendiri tapi batasan manusia tidak seperti pokemon yang sudah memiliki angka eksak, batasan bagi manusia tidak memiliki angka pasti. Oleh karena itu, kita tidak tahu apa “effort” kita akan menyebabkan peningkatan EV atau tidak. Dengan demikian, ini justru membuat setiap “effort” memiliki nilainya sendiri. We will never know until we try, right?
Kesimpulan
Tentu saja pada akhirnya tulisan ini hanyalah upaya untuk membandingkan bakat dan kerja keras dengan lebih simpel melalui permainan Pokemon. Kenyataannya, ability, nature, holding item, dan fitur baru seperti hyper training sejak pokemon generasi 7 membuat perbandingan ini tidak sempurna. Dunia nyata juga jauh lebih rumit dari sekadar membagi 510 EV ke 6 stats. Tapi yang pasti, baik di dunia nyata maupun dunia game, bakat merupakan sesuatu yang memang ada dan tidak semua memilikinya. Walaupun demikian, sebelum kita mengutuk ketidakhadiran bakat tersebut mungkin lebih baik kita bertanya, sudahkah effort value kita maksimalkan? Klise memang, tapi bermain pokemon mengingatkan saya tentang hal ini.
NB: Kalau tulisan ini selesai dan rilis sebelum 27 Februari maka ijinkan tulisan ini diakhiri dengan ucapan happy 25th anniversary untuk pokemon. ありがとう増田・・・・さん (terima kasih Masuda-san!).
Penulis: Somnus
Editor: Faudzan Farhana
Gambar: Dokpri Penulis