Aku berdiri di antara empat penjuru mata angin
Menatap kosong, menerka-nerka
“Arah mana yang ingin menjadi milikku?” tanyaku dalam hati.
Mataku menangkap siluet tubuhmu, berlari dari kejauhan
Mendekat atau menjauh
Entah
Kau peluk erat aku, namun kau jelagakan jua
Hangus
Aku terbakar ketika kau berusaha memantik api
Katamu, “Aku tidak menyudahi, aku hanya meninggalkan tanpa arti.”
Samar, samar, samar
Tanpa kata usai, tanpa ampun
Otakku terdistorsi, mengelak, dan berteriak
Hanya itu?
Barangkali kau lupa, ada bahagia terajut
Namaku pernah ikut membasuh, tanganku pernah lembut menyentuh
Sekali saja, coba lagi, coba sekali lagi
“Tidak!” katamu
Koyak, retak
Pintuku tertutup, namun kau dobrak agar kau bisa bebas dan liar
Patah, sayapku patah berdarah
Sesekali aku berusaha menyambung pintu yang lemah dari sangganya
Kuraba jejak tanganmu yang menapak
Barangkali masih ada puing sisa bisa kupungut
Sudah…
Pada akhirnya kau dan aku berhenti di persimpangan
Pada akhirnya kau dan aku hanya menjadi cerita yang tak bahagia
Baca juga : Dua Orang yang Saling Menunggu
Penulis: Deflin Gani
Editor: Irfani Sakinah
Ilustrasi: Why
Gambar: pixabay.com
KETERANGAN
Jelaga = butiran arang yang halus dan lunak, terjadi dari asap lampu dan sebagainya berwarna hitam; sulang
Distorsi = pemutarbalikan suatu fakta, aturan, dan sebagainya; penyimpangan