Cerita tentang Smudama tidak akan pernah habis. Pada Februari 1997, kami memutuskan untuk belajar mandiri dengan tinggal dalam lingkungan baru yang jauh dari keramaian kota dan berpisah sementara dari orang tua dan keluarga.
Tinggimoncong, Malino, di sinilah sekolah dan rumahku yang baru. Aku tinggal bersama dengan keluargaku yang baru, guru-guru, pengurus asrama, dan teman-teman sekolah. Awalnya saya ragu akan mengalami homesick, tetapi ternyata hidup berasrama sangat menyenangkan. Aku bisa merasakan pengalaman baru dan memiliki sahabat dan saudara sepenanggungan.
Sebagai angkatan perintis di tahun 1997, kami semua harus beradaptasi dengan suasana, peraturan sekolah, dan aturan ketat di asrama. Namun, hidup bersama di dalam asrama ternyata tidak sepi dan membosankan seperti yang kubayangkan. Aku tinggal bersama tiga teman sekamar, punya teman curhat, dan kamar selalu saja ramai dengan curcol-an kami .
Kami sering mendengarkan lagu-lagu populer pada era 90-an, seperti “Kuta Bali” dari Andre Hehanusa, “Pergilah Kasih” dari Chrisye, dan “As Long As You Love Me” dari Backstreet Boys yang diputar di radio teman kami untuk di-debar (dengar bareng). Lagu-lagu tersebut mengisi hari di sela-sela waktu santai bersama, saat membersihkan atau mencuci baju bersama di asrama.
Lagu-lagu galau seperti “Mungkinkah” dan “Jangan Tutup Dirimu” dari Stinky bahkan menjadi topik populer. Angkatanku menciptakan sosok “Andre Tatang” sebagai pujangga angkatan 1, yang menjadi senjata untuk ber-PDKT.
Pada saat itu, ponsel belum ada, jadi jika ingin berkomunikasi dengan keluarga, kami harus pergi ke Kota Malino dan mengantre di wartel. Walaupun hanya bisa dilakukan pada hari Minggu, hal itu cukup seru. Aku teringat satu cerita di Wartel Kantor Telkom Malino pada tahun 1998, ketika aku menunggu giliran untuk menelepon keluarga. Di wartel, sementara itu, sedang diputar satu tayangan TV yang sangat menghebohkan seluruh Indonesia, yakni saat Presiden RI, Bapak Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden. Beliau mundur setelah menjabat selama 32 tahun.
Pengumuman tersebut menjadi puncak setelah kerusuhan dan aksi protes panjang di berbagai daerah yang berlangsung dalam beberapa bulan terakhir di tahun 1998. Aku menonton tayangan tersebut dengan serius hingga tanpa sadar keluar tetesan air mata, mengingat betapa besar jasa beliau terhadap pembangunan Indonesia.
Yeah, that’s it sedikit cerita dariku. Masih banyak kisah klasik yang selalu indah untuk dikenang di Smudama, for the next season.
Baca juga: Harga Diri Harga Mati
Keterangan:
Homesick: perasaan rindu akan rumah
Wartel: Warung telekomunikasi atau warung telepon, tempat yang disediakan untuk pelayanan jasa telekomunikasi untuk umum
Curcol: singkatan dari Curahan Hati Colongan
Penulis: Yolanda Manule
Editor: Irfani Sakinah
Ilustrasi: Uli’ Why
Gambar: