Masa depan adalah sebuah keniscayaan. Seiring berjalannya waktu, kemajuan teknologi menjadi tak terhindarkan. Namun, apakah perkembangan teknologi membuat kebahagiaan yang diidam-idamkan umat manusia selama ini menjadi nyata?
Dengan mengeksplorasi masa depan, Black Mirror memberikan gambaran bagaimana perkembangan teknologi memengaruhi umat manusia. Menggunakan pendekatan yang berbeda, Black Mirror membuat penggambaran masa depan terasa dekat dan realistis.
In the not-so-distant Future…
Berbeda dengan film atau serial lain yang melihat ke masa depan yang jauh, Black Mirror mengeksplorasi kemajuan teknologi pada masa depan yang tidak terlalu jauh (not-so-distant future). Sebagai contoh, The Hunger Games yang mengisahkan cerita post-apocalypse pada masa depan yang jauh, dengan setting kehancuran dunia yang tampak sangat berbeda dengan kondisi sekarang. Black Mirror berani mengeksplorasi kemajuan teknologi pada masa depan yang dekat dengan sekarang dan bahkan secara konsep telah terjadi.
“Black Mirror berani mengeksplorasi kemajuan teknologi pada masa depan yang dekat dengan sekarang dan bahkan secara konsep telah terjadi.”
Masa depan yang realistis dan dekat dapat tergambar dalam salah satu episode berjudul Nosedive. Episode ini mengisahkan masyarakat yang menggunakan sistem rating dalam interaksi sosial. Setiap orang memiliki ratingnya masing-masing yang ditentukan oleh penilaian orang lain. Sebagai contoh, jika kita berinteraksi dengan orang lain dan menyakiti perasaannya, maka orang tersebut dapat memberikan kita rating yang jelek. Akumulasi rating dengan skala 0,0-5,0 tersebut merupakan status sosial yang akan memengaruhi semua urusan kehidupan. Orang yang menyewakan apartemen bisa mensyaratkan harus memiliki rating paling sedikit 4,5 untuk sang calon penyewa.
Terdengar tidak asing, bukan? Di zaman media sosial saat ini, semua yang kita bagikan dapat dinilai oleh orang lain. Penilaian tersebut memengaruhi perasaan kita dan perasaan orang lain terhadap kita. Jumlah Like dan Comment yang tinggi membuat kita merasa senang dan membuat kesan seakan orang lain lebih menaruh respect terhadap kita.
Secara konsep, kondisi di episode Nosedive telah kita alami hari ini. Lebih ekstrimnya lagi, otoritas Cina telah meluncurkan sebuah aplikasi yang memberikan rating kepada warga atas perilaku sosialnya, baik itu penilaian yang baik atau penilaian yang buruk. Aplikasi ini bertujuan untuk mengawasi perilaku sosial di masyarakat, sebuah social rating system. Walau tidak persis dengan episode Nosedive di mana aplikasi ini dikendalikan oleh pemerintah dan bukan dikendalikan oleh masing-masing user, namun persamaan tersebut menjadi istimewa jika melihat alur waktunya,episode Nosedive dirilis Oktober 2016 dan aplikasi tersebut diujicobakan di beberapa kota di Cina pada Desember 2017.
Nosedive merupakan salah satu contoh kisah di Black Mirror yang terasa dekat bagi kita saat ini. Tentu saja ada banyak kisah di Black Mirror yang menggambarkan bagaimana kemajuan teknologi dapat memengaruhi umat manusia, namun Nosedive merupakan contoh bagaimana Black Mirror memiliki kepekaan atas kondisi sosial saat ini dan membuat sebuah contoh yang lebih matang atas dampak masa depan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Episode pertama dari Black Mirror “The National Anthem”, tanpa membocorkan temanya, bahkan mengangkat kisah mengenai teknologi yang saat ini telah kita pakai sehari-hari.
Kemajuan Teknologi, Distopia atau Utopia?
Teknologi diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang terjadi. Bagaimana cara teknologi mengobati kesedihan atas kehilangan seseorang? Be Right Back (Series 2 Episode 1) mengangkat tema tersebut. Episode ini mencoba skenario jika seseorang yang telah meninggal dapat dibawa kembali menjadi sebuah android yang dapat diajak berinteraksi, dengan harapan mengobati kerinduan kepada mereka yang telah pergi.
Be Right Back mencoba sebuah hipotesis bahwa semua masalah termasuk masalah emosional dapat diobati dengan teknologi. Hal tersebut terdengar ideal, dan perasaan manusia merupakan hal yang menarik untuk dibahas dalam hubungannya dengan teknologi. Namun, hal yang begitu manusiawi seperti perasaan tidak akan pernah dapat direplikasi oleh teknologi. Orang yang telah pergi tidak akan dapat terganti dengan teknologi. Dengan membawa kembali orang tersebut kedalam kehidupan dengan cara palsu (melalui android), membuat manusia terperangkap dalam kenangan, angan-angan, dan ekspektasi tinggi yang tidak akan pernah tercapai. Terjebak pada masa lalu mencegah kita untuk memulai lembaran baru, sehingga teknologi tidak selalu membawa perubahan yang baik.
“Namun, hal yang begitu manusiawi seperti perasaan tidak akan pernah dapat direplikasi oleh teknologi.
Tanpa membocorkan apa yang terjadi di episode tersebut, serial Black Mirror menjelajahi dampak teknologi bagi umat manusia. Teknologi yang diharapkan membawa kita mendekat menuju utopia, ternyata dapat membawa kita mendekat menuju kutub yang berlawan yaitu distopia. Dampak tersebut menjadi fokus utama dalam serial ini. Dengan setting not-so-distant future, dampak tersebut terasa begitu nyata dan membuat kita menilai sendiri, ke arah mana teknologi sekarang membawa kita.
Penutup
Black Mirror tampil dengan genre dan cerita yang begitu bervariasi sehingga setiap episode terasa seperti sebuah film tersendiri dengan posternya masing-masing yang dapat dipajang di lorong bioskop. Sebagai sebuah antologi, setiap episode menceritakan kisah yang berbeda-beda. Tidak ada kisah yang memiliki sambungan cerita di episode lain, sehingga dapat ditonton dengan urutan yang bebas. Para aktor dan aktris selalu berbeda dalam setiap episode, tidak akan ada pikiran “Hmm, si Dia lagi yang main” di benak penonton.
Dengan tema utama perkembangan teknologi dan distopia, Black Mirror menyajikan tema tersebut dengan genre yang bervariasi. Di satu episode bergenre action, di episode selanjutnya bergenre drama, dilanjutkan dengan genre romance untuk kemudian disambung dengan science fiction. Dengan format antologi yang fresh di lautan serial dengan kisah yang berlanjut, Black Mirror menjaga rasa penasaran di setiap akhir episode, “Cerita apalagi yang akan dibawakan di episode berikutnya?”. Jumlah episode yang tidak banyak tetapi mengutamakan kualitas mampu mengajak penonton berfantasi atas konsep masa depan yang sangat mungkin terjadi di kehidupan nyata.
Kemajuan teknologi ternyata turut membawa konsekuensi yang tidak kita inginkan. Konsekuensi itu menjadi fokus utama dari Black Mirror. Konsep kemajuan teknologi terdengar ideal secara teori, sayangnya dunia ini tidak seindah teori…
Referensi:
https://www.techtimes.com/articles/252375/20200908/black-mirror-nosedive-now-happening-china-app-rates-monitor-citizens.htm
https://en.wikipedia.org/wiki/Social_Credit_System
https://www.wired.co.uk/article/best-black-mirror-episodes
https://www.visualcapitalist.com/the-game-of-life-visualizing-chinas-social-credit-system
https://www.denofgeek.com/tv/black-mirror-be-right-back-is-a-masterful-exploration-of-fear-love-and-death/
https://www.filmaffinity.com/us/movieimage.php?imageId=199920112
Baca juga : Laut Bercerita: Kenangan tentang Indonesia dan Keberanian
Penulis : Rifki Ikramullah
Editor : Irfani Sakinah