Memupuk Kebiasaan Kecil Berdampak Besar (3)Memupuk Kebiasaan Kecil Berdampak Besar (3)

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari resensi sebelumnya yang membahas buku Atomic Habits karya James Clear untuk bab 11 hingga 15. Pada bab 11 hingga 14, membahas secara keseluruhan hukum ketiga perubahan perilaku yang digagaskan penulis, yakni membuatnya mudah. Kemudian dilanjutkan sedikit pembahasan awal tentang hukum keempat, yakni membuatnya memuaskan.

11 – Berjalan Perlahan, Tapi Tidak Pernah Mundur

Di awal pembahasan hukum ketiga perubahan perilaku, penulis menegaskan poin penting tentang repetisi (pengulangan) sebagai kunci untuk menguasai kebiasaan baru, bukan pada kesempurnaan dalam pelaksanaannya.

Penulis memaparkan contoh kasus tentang seorang profesor di University of Florida yang melakukan sebuah eksperimen terhadap mahasiswa jurusan fotografi yang diajarnya. Dalam pemberian tugas yang menjadi salah satu aspek penilaian pencapaian mahasiswa selama satu semester, profesor tersebut membagi mahasiswanya menjadi dua kelompok, kuantitas dan kualitas.

Kelompok kuantitas ditugaskan untuk mengambil foto sebanyak mungkin selama semester berlangsung. Nilai akhir semester mereka hanya didasari pada kuantitas foto yang dihasilkan. Lain halnya dengan kelompok kualitas. Mahasiswa yang tergabung di dalamnya ditugaskan untuk mencurahkan segala kreativitas dan usahanya untuk menghasilkan satu foto dengan kualitas terbaik. Di akhir semester, profesor tersebut menilai dan menemukan bahwa foto-foto terbaik justru dihasilkan oleh mahasiswa dari grup kuantitas.

Sering kali kita terjebak untuk mempersiapkan segala sesuatu sebelum melakukan hal nyata yang kita inginkan. Di bab 11, penulis juga menegaskan perbedaan antara being in motion dan taking action. Terlalu lama berada di fase being in motion sering kali membuat kita berpikir telah bergerak. Padahal, kita hanya belum siap menanggung risiko kegagalan saat memulai taking action. Kita tak perlu menyiapkan atau mengetahui segala hal tentang kebiasaan yang ingin kita bangun. Kita hanya perlu segera memulai dan konsisten untuk melakukan repetisi.

Hal lain yang sering menjadi perhatian saat mengusahakan kebiasaan baru ialah berapa lama kita harus melakukannya hingga itu menjadi suatu kebiasaan. Penulis menekankan bahwa jumlah repetisi lebih menentukan dibandingkan durasi. Kita bisa saja telah berolahraga selama sebulan, tetapi sebenarnya hanya melakukannya dua kali.

Repetisi akan selaras dengan otomatisitas kita dalam mengerjakan sesuatu. Di awal akan terasa sangat berat, akan tetapi, dengan bertambahnya pengulangan yang kita lakukan, kita akan sampai ke tahap dimana kita dapat mengerjakan sesuatu secara otomatis dan tidak membutuhkan konsentrasi penuh.

12 – Hukum Usaha Terkecil

Tanpa kita sadari, pilihan-pilihan kita dalam hidup secara alami mengikuti hukum usaha terkecil. Kata-kata bijak yang sering terdengar di sekeliling kita mengatakan bahwa apabila kita mengumpulkan cukup motivasi, kita pasti akan dapat mengerjakan hal yang kita inginkan. Akan tetapi, pengalaman dan evolusi manusia telah membentuk otak kita untuk cenderung menyimpan energi sebanyak mungkin karena dianggap energi sebagai hal yang berharga untuk keberlangsungan hidup.

Dengan memahami kecenderungan tersebut, kebiasaan baik akan lebih mungkin terwujud di lingkungan yang mendukung dimana hambatan untuk melakukannya dikurangi semaksimal mungkin, dibandingkan di lingkungan penuh distraksi dan mencoba mengumpulkan motivasi. Begitu pun sebaliknya. Kebiasaan buruk dapat dicoba untuk ditekan dengan menambahkan hambatan-hambatan baru ketika ingin melakukannya.

Beberapa implementasi:

  • Pemerintah Inggris berhasil meningkatkan pendapatan pajak sebesar 4,2 persen hanya dengan sebuah perubahan kecil, yaitu link yang dibagikan ke wajib pajak langsung mengarahkan ke pengisian formulir, sebelumnya link untuk mendownload formulir.
  • Handphone disimpan di ruangan yang berbeda dengan ruang kerja sehingga jarak menjadi hambatan untuk terus bermain handphone.

Di akhir bab 12, penulis mengembangkan implementasi hukum ketiga perubahan perilaku dengan melakukan penyiapan lingkungan untuk memudahkan aksi berikutnya. Ingin berolahraga? Siapkan sepatu, tas gym, dan botol air minum malam hari sebelumnya.

13 – Berhenti Prokrastinasi dengan Aturan Dua Menit

Terdapat kebiasaan-kebiasaan kecil di dalam keseharian kita yang dapat diselesaikan dalam beberapa detik tapi dapat menentukan aktivitas yang kita lakukan berikutnya. Twyla Tharp, penari dan koreografer profesional mengatakan bahwa kunci konsistensinya dalam berlatih setiap hari ialah di saat dia memanggil taksi yang akan mengantarnya ke tempat latihan, bukan saat dia benar-benar melakukan berbagai latihan.

Lebih jauh, penulis mengemukakan cara praktikal untuk segera melatih kebiasaan baik yang dinamakan aturan dua menit. Aturan ini menyatakan bahwa memulai kebiasaan baru seharusnya memakan waktu kurang dari dua menit. Ide di balik aturan ini untuk memudahkan permulaan sebuah kebiasaan baik dan mencegah perencanaan yang berlebihan di awal.

14 – Membuat Kebiasaan Baik Terus Dilakukan dan Kebiasaan Buruk Ditinggalkan

Penulis menyarankan implementasi lawan dari hukum ketiga perubahan perilaku, membuatnya sulit, untuk menekan kebiasaan buruk. Salah satu metode yang bisa diterapkan ialah commitment device, yaitu pilihan yang mengunci dilakukannya kebiasaan baik di masa yang akan datang.

Diceritakan Victor Hugo yang menghadapi deadline penulisan satu buku setelah menunda-nunda dengan mengikuti hobinya yang bermacam-macam. Hugo kemudian membuat sebuah commitment device dengan mengunci pakaiannya di dalam lemari. Hal ini membuatnya tak punyak cukup pilihan pakaian untuk berjalan-jalan keluar. Setelah menerapkan itu, Hugo akhirnya bisa menyelesaikan bukunya, bahkan lebih cepat dua minggu dari deadline yang dijanjikan.

15 – Aturan Utama Perubahan Perilaku

What is immediately rewarded is repeated. What is immediately punished is avoided.

The Cardinal Rule of Behaviour Change

Kita belajar untuk melakukan hal-hal di masa yang akan datang berdasarkan respon dari apa yang kita lakukan di masa lalu. Baik berupa penghargaan maupun hukuman. Emosi positif akan mendorong kebiasaan, sedangkan emosi negatif akan cenderung merusaknya.

Penulis menjelaskan lebih jauh perihal kata “immediate” pada aturan di atas. Bahwa, otak manusia cenderung memprioritaskan kegiatan yang akan langsung mendatangkan respon positif daripada kegiatan yang harus menunggu beberapa waktu, walaupun respon positifnya jauh lebih memuaskan.

Secara spesifik, bagian otak manusia, neocortex, yang mengatur fungsi tingkat tinggi tubuh seperti bahasa memiliki ukuran yang sama dengan manusia yang hidup 200.000 tahun yang lalu. Otak tersebut beradaptasi pada lingkungan dimana segala kegiatan yang dilakukan langsung memperoleh respon yang jelas seperti cara mendapatkan makanan atau mencari tempat berlindung yang aman. Adapun manusia modern hidup di dunia dimana untuk memperoleh hasil dari jerih payah yang dilakukan perlu menunggu beberapa waktu. Gaji baru dibayarkan setelah bekerja selama sebulan.

Dalam bab ini, penulis menekankan perlunya sinkronisasi kecenderungan ini dalam proses pembentukan kebiasaan baik. Penulis pun mengemukakan hukum keempat perubahan perilaku, yaitu membuatnya memuaskan.

Setiap kali menyelesaikan suatu kebiasaan kiranya diikuti dengan pemberian penghargaan kepada diri sendiri walaupun kecil. Sebagai contoh, untuk mengurangi mindless shopping, buka rekening untuk membeli barang yang diinginkan. Setiap kali berhasil menahan godaan untuk berbelanja, transfer uang sebesar harga barang tersebut ke rekening tabungan.

Ketiga hukum pertama perubahan perilaku, membuatnya jelas, membuatnya menarik, dan membuatnya mudah akan mendorong kebiasaan untuk segera kita lakukan. Adapun hukum keempatnya, membuatnya memuaskan, akan mendorong kebiasaan tersebut untuk diulangi di masa yang akan datang.

Penulis : Miss Skeeter
Ilustrator : Farahlynaa

One thought on “Memupuk Kebiasaan Kecil Berdampak Besar (3)”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!