Antara Makassar dan Southampton

Antara Makassar dan Southampton

Posted by

Entah berapa lama diriku tidak beranjak dari tempat ini, menatap nanar pintu kaca itu. Meskipun hujan telah reda dan jalanan yang basah itu mulai mengering

Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan untuk keponakanku, Hilal. Akhirnya, ia berangkat bersama mommy dan daddynya ke Inggris. Namun, entah mengapa aku malah sedih sekali.

Tak terhitung berapa kali aku memasuki area ini. Area penjemputan dan pengantaran penumpang di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Selalu ada rasa bahagia saat menjemput, namun sebaliknya, bersedih ketika mengantar.

Aku sedih ketika menyadari 12.585 km jarak yang akan memisahkanku dengan keluarga kakakku. Bukan hal mudah bagiku untuk bertemu dengan mereka bila rindu. Antara Makassar dan Southampton itu sangat jauh. Meski hanya beberapa bulan, tapi tetap saja rasanya berat jika rindu sudah beradu.

Hilal, anak dari kakakku itu memanggilku bunda. Kami sangat dekat. Aku mengurusi keperluannya sehari-hari. Dari mandi, berpakaian, makan, hingga harus terbangun tengah malam untuk membuatkannya susu. Namun, itu tak menjadi masalah bagiku.

Aku sangat senang melihat perkembangan keponakanku itu. Dia masih balita, tapi sudah menghapal doa makan, doa masuk kamar mandi, dan doa tidur. Meski sebelum membaca doa, ia masih suka bermain Ultraman bersamaku saat malam hari.

Ketika keluarga kakak iparku telah lama pamit, aku masih belum beranjak dari tempatku. Aku berterima kasih pada mereka yang ikut mengantar Kakak hingga bandara.

Terbayang pada kakak dan Hilal keponakanku yang meninggalkan Makassar. Dan aku hanya bisa berdoa :
“Ya Allah selamatkan dan lindungi mereka. Bahagiakan dan lancarkan study kakakku. Sesungguhnya mereka berjihad untuk menuntut ilmu. Ilmu yang akan mereka aplikasikan dan ajarkan saat pulang ke tanah air nanti. Mereka pergi dengan tujuan mulia. Dan kuyakin perpisahan dengan keluarga di sini akan melahirkan perjumpaan dengan keluarga baru di sana. Kakak Hilal ingatlah selalu pada Bunda. Seperti Bunda selalu mengingat Kakak Hilal dan Adik Akhyar dalam setiap doa Bunda.”

Pic : Dokpri penulis

Perjalanan dari Samata ke Perintis tidak akan pernah sama lagi tanpa kehadiran ponakanku. Ketika sapi penyebab kemacetan yang terkadang membuat jengkel banyak pengendara, aku malah senang sekali dengan kehadiran Hilal. Ia dan adiknya, Akhyar selalu kegirangan di dalam mobil.

Kakak Hilal selalu bersorak kegirangan ketika melihat masjid. “Ada masjid, Bunda,” katanya. Hilal memang sangat rajin ke masjid ikut daddy atau opanya. Bahkan disaat bermain, jika melihat daddy atau opanya siap ke masjid maka dia akan kegirangan. Ia akan menghentikan kegiatannya kemudian ikut ke masjid.

Meskipun Islam masih menjadi minoritas di Inggris dan masjid masih jarang di sana. Tapi, aku yakin Hilal tetap bisa menjadi seorang hafidz. Belajar agama, salat, dan ilmu tauhid di sana. Seperti sepupunya, Harun di Jepang yang sudah menghapal surah-surah pendek.

Aku berharap ponakanku itu bisa belajar nilai kehidupan lainnya di tempat barunya. Belajar tertib lalu lintas meski jalanan kosong. Belajar mengantri, disiplin, dan hal positif lainnya.

Jiwa nasionalis Hilal sudah terlihat sejak kecil. Ia selalu menyanyikan lagu Indonesia Raya dan menghapalnya. Saat di rumah, kami berusaha hanya memutarkan audio berisi doa dan Asmaul Husna untuknya. Aku sering dibuat takjub oleh ponakanku itu. Ia mampu bercerita kembali tentang kisah nabi yang telah aku ceritakan padanya. Padahal, saat aku bercerita, ia hanya tertawa dengan mimik lucunya. 

Antara Makassar dan Southampton. Ribuan kilometer akan membuatku selalu rindu pada Hilal. Aku berusaha membunuh segala kerinduan ini dengan menyibukkan diri menulis. Aku ingin kelak ketika ponakanku besar, ia bisa melihat sebuah buku bertuliskan namaku di rak best seller toko buku. Buku tentang kisah masa kecil mereka.

“Bunda, nanti ditelepon,” janji Hilal ketika akan meninggalkan bandara. Aku hanya tersenyum padanya. Perjalanan dari Makasaar ke Inggris membutuhkan waktu selama 18 jam. Aku tak sabar mendengar ceritanya lewat sambungan telepon.

Hilal akan bercerita tentang pesawat Qatar Airlines yang ditumpanginya. Bercerita tentang kuda-kuda  dipergantian petugas di halaman depan Istana Buckingham. Seperti halnya saat ia bercerita tentang rusa di dalam Kampus Unhas (Universitas Hasanuddin).

“Tolong ingat Bunda, sama seperti Bunda mengingat Kakak Hilal dan Adik Akhyar dalam setiap doa-doa Bunda”

Penulis : Kartika Yusuf
Editor & Ilustrator : Uli’ Why
Gambar : Dokpri penulis, pinterest, indoplaces.com

2 comments

  1. MasyaAllah kakk, semoga setiap tulisan kk juga bisa menginspirasi dalam berbuat kebaikann dan bisa menumbuhkan semangat menuntut ilmuu, kayak hilal ^^

Leave a Reply