Seberapa kuatkah kita dalam meretas kehidupan? Tak ada ukuran yang bisa menebak secara pasti kekuatan seseorang dalam menapaki suatu etape dalam kehidupannya. Namun yang pasti, pribadi yang kuat bukan berdasarkan besarnya massa otot atau seberapa sixpack lekukan di perutnya.

Kekuatan sebenarnya adalah kemampuan hati yang terus berkembang dan menyadari betul kelemahan yang dia miliki. Serta mampu mengambil pembelajaran hidup dari kelemahan yang dimiliki sehingga mampu bertransformasi untuk lebih baik kedepannya. 

Kebugaran tubuh dan daya centang biru pada posisi seseorang bukan indikator kekuatan yang valid. Populer dengan bergelimang harta tidak serta-merta akan menjelma menjadi sosok yang kuat di bilik realitas, sebab bisa jadi acuan aksesoris hanya penghias sesaat dan akan menggelinding pada posisi yang tidak pasti kedepannya.

Pribadi yang kuat adalah suatu olahan dari mental yang produktif, bersandar pada hati dan merangkai sikap dengan bijak dalam melakukan pekerjaannya. Maka tak berlebihan bila pribadi yang bermental kuat adalah sosok yang cerdas, bukan pribadi yang pintar. 

Karena pribadi yang pintar lebih mengagungkan ego sektoralnya untuk mengetahui segala hal. Dan belum tentu sosok pintar mampu bertahan pada posisi kepandaiannya, mereka lebih melihat rivalitas dalam hidupnya. Pada titik jenuhnya, pribadi seperti ini akan sulit merangkai kata sukses di kehidupannya, bisa jadi kejeniusanlah yang akan merontokkan kekuatan hatinya sendiri. Karena jenius saja belum tentu bijaksana dalam menabur kebajikan bagi alam sekitarnya.

Tetap disiplin untuk menebar kekuatan positif dan produktif untuk kebaikan, tetap yakin dan percaya apa yang engkau tabur itu yang akan engkau semai. Pertajam dirimu seperti bilah pisau yang selalu dirawat dari ketumpulan dengan terus diasah sehingga memudahkan dalam memotong sesuatu. 

Sebab hati dan pikiran akan berkembang dengan baik bila dia diasah dengan kesantunan dan kematangan jiwa. Sertakan pula kedewasaan dalam menggapai ruang kehidupan. Tetap positif dalam berpikir sehingga jembatan kedewasaan dan eloknya kebijaksaan akan menjadi titian di kehidupan kita. Serta tak lupa pula menjalin hubungan dengan sesama dalam tautan berkontribusi kebaikan.

Penulis : Askarim
Editor : Irfani Sakinah
Ilustrasi : Yati Paturusi
Gambar : canva.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!