Setelah membaca part sebelumnya, tips apa saja yang dapat sobat praktikkan dalam kebiasaan hidup sehari-hari? Bagaimana hasilnya? Cukup menarik, bukan?
Tulisan ini akan melengkapi bagian-bagian yang telah dibahas sebelumnya. Resensi bagian keempat buku Atomic Habits karya James Clear ini akan membahas hukum keempat, yakni bagaimana membuat hasilnya terasa memuaskan.
16 – Bagaimana Konsisten dengan Kebiasaan Baik Setiap Hari
Otak manusia akan lebih mengutamakan hasil instan yang diperoleh secara langsung dibandingkan dengan hasil tertunda yang baru akan dirasakan setelah waktu yang cukup lama.
Sayangnya, kebiasaan baik cenderung memberikan hasil yang tertunda, berkebalikan dengan kebiasaan buruk yang memberikan hasil instan. Di bab ini penulis memberikan dua cara agar dapat konsisten membangun kebiasaan baik.
Strategi Penjepit Kertas
Pada tahun 1993, Trent Dyrsmid, seorang broker saham berusia 23 tahun direkrut oleh sebuah bank di Kanada. Lokasi bank tersebut berada di bagian pinggir kota kecil, dimana peluang untuk membuat berbagai kesepakatan sangat kecil. Orang-orang tidak terlalu berharap banyak pada Dyrsmid yang merupakan karyawan baru, juga pada lokasi bank yang tidak strategis.
Dyrsmid memulai paginya dengan dua botol kaca di meja. Botol pertama berisi 120 penjepit kertas dan botol kedua kosong. Setiap harinya Dyrsmid melakukan penawaran melalui telepon. Setiap selesai melakukan satu penawaran, ia memindahkan penjepit kertas ke botol yang kosong. Dyrsmid tidak akan berhenti sampai botol kedua terisi penuh dengan 120 penjepit kertas dari botol pertama.
Dalam 18 bulan, Dyrsmid berhasil membawa $5 juta kepada bank. Tidak lama setelahnya ia ditawari enam pekerjaan serupa oleh perusahaan lain. Strategi penjepit kertas ini berhasil membawa Dyrsmid kepada kesuksesan.
Membuat progres terasa memuaskan dan membuat pengukuran secara visual dengan strategi penjepit kertas -atau menggunakan bahan lainnya- menunjukkan bukti nyata dari progres yang dilakukan. Teknik ini memperkuat kebiasaan dan memberikan hasil instan yang terasa memuaskan pada berbagai aktivitas.
Melacak kebiasaan terasa menyenangkan, menarik, dan memperlihatkan progres yang jelas. Namun, kebanyakan orang gagal mempertahankan kebiasaan baik ini dalam waktu lama.
Jerry Seinfield memberikan mantra utama: jangan memutuskan rantai. Jangan sampai kita tergoda untuk absen dari kebiasaan yang sedang dirutinkan, walaupun sekali. Karena akan berpotensi menggagalkan seluruh usaha untuk membangun kebiasaan.
Tips berikutnya adalah langsung mencatat progres segera setelah kebiasaan itu dilakukan, agar memberikan rasa puas yang maksimal.
17 – Pasangan Penanggung Jawab Kebiasaan
Memiliki pasangan penting untuk membantu kita memaksa diri membiasakan rutinitas yang ingin dibangun. Pasangan tersebut akan berperan mengawasi kita setiap hari. Dalam buku ini, penulis memberikan tips:
- Pilihlah pasangan yang tegas;
- Tentukan kesepakatan di awal;
- Saat salah satu orang melanggar kesepakatan, harus ada hukuman yang diberikan;
- Hukuman tersebut berupa suatu hal yang tidak kita sukai, agar memberikan efek jera.
Kebiasaan yang cenderung diulangi membuat kita merasa senang dan puas. Sebaliknya menghindari hal-hal yang membuat kita merasa sulit atau tidak nyaman.
Ketidaknyamanan adalah guru yang efektif. Ketika kegagalan terasa menyakitkan, kita akan berusaha semaksimal mungkin agar itu tidak terjadi lagi. Namun jika kegagalan tidak terasa meyakitkan atau bahkan biasa saja, kita cenderung mengabaikannya.
Semakin cepat efek kegagalan dirasakan, semakin cepat kita belajar dan memperbaikinya. Prinsip inilah yang diterapkan dalam strategi Pasangan Penanggung Jawab.
Taktik Tingkat Lanjut
Setelah membahas keempat hukum tentang membangun kebiasaan, buku ini juga memberikan tips tambahan pada bagian berikutnya, yakni untuk menaikkan level kita dari sekadar ‘baik’ menjadi ‘benar-benar hebat’. Pada bagian ini, penulis memberikan tiga bab tambahan:
18 – Kebenaran tentang Bakat (Kapan Gen Berperan, Kapan Gen Tidak Memiliki Peran)
Bab ini dibuka dengan kisah dua orang atlet hebat, seorang perenang dan pelari. Seberapapun hebatnya seorang pelari, ia tidak akan mampu jika diminta menjadi seorang perenang. Begitupun sebaliknya. Mengapa? Keduanya memiliki postur tubuh yang berbeda yang terbentuk seiring kebiasaan olahraga masing-masing.
Sang pelari memiliki kaki yang panjang dan tubuh bagian atas yang relatif lebih pendek. Sang perenang memiliki kaki yang pendek dan batang tubuh yang panjang, merupakan postur tubuh sempurna untuk seorang perenang. Rahasia dalam memaksimalkan kesuksesan adalah memilih medan tempur yang tepat.
Berbagai kebiasaan akan lebih mudah dilakukan, dan lebih menyenangkan untuk dipertahankan ketika sesuai dengan potensi dan kecenderungan natural kita akan sesuatu. Setiap orang dilahirkan dengan kemampuan yang berbeda-beda sehingga satu kebiasaan yang sama tidak bisa dipaksakan kepada semua orang.
Dibalik setiap perilaku manusia, ada gen yang bekerja. Gen terbukti memengaruhi segalanya, mulai dari jumlah jam yang dihabiskan untuk menonton televisi, kemungkinan untuk menikah atau bercerai, kecenderungan untuk kecanduan obat-obatan, alkohol, atau nikotin.
Ada komponen genetik yang kuat mempengaruhi seberapa patuh atau memberontak kita saat menghadapi otoritas, seberapa rentan atau resisten terhadap stressor, kecenderungan untuk proaktif atau reaktif, dan bahkan seberapa mudah kita tertarik dan bosan terhadap sesuatu.
Kesemuanya dirangkum dalam lima dimensi kepribadian atau yang dikenal dengan Big Five Personality Traits :
- Keterbukaan terhadap hal-hal baru
- Sifat berhati-hati (dalam pengambilan keputusan)
- Tingkat kenyamanan dalam berinteraksi dengan orang lain (introver atau ekstrover)
- Kecenderungan untuk menyepakati sesuatu
- Kemampuan menahan tekanan atau stress
Agar dapat menemukan medan tempur yang tepat, penting untuk mengenali diri terlebih dahulu dan melakukan eksplorasi terhadap berbagai hal. Dalam periode tertentu, tentukan kecenderungan kita terhadap hal-hal tersebut, mana yang membuat kita merasa nyaman dan bersemangat. Kemudian mulailah fokus pada kebiasaan terbaik yang kita pilih, namun tetap sesekali melakukan eksplorasi terhadap hal lainnya.
19 – Hukum Goldilocks: Bagaimana Agar Tetap Termotivasi dalam Hidup dan Pekerjaan
Dalam melakukan segala hal, setiap orang memiliki tingkat kesukaran yang dihadapi. Saat membangun kebiasaan, sebaiknya dimulai dari hal yang mudah terlebih dahulu. Seiring waktu kita akan mengalami kebosanan karena merasa hal yang biasa kita lakukan terasa mudah. Inilah saatnya meningkatkan tingkat kesukaran dari kebiasaan yang dibangun.
Manusia menyukai tantangan, namun tantangan yang terlalu sulit hanya akan mendatangkan kegagalan dan kejenuhan. Oleh karena itu, hendaknya kita memilih tingkatan kesukaran yang sesuai dengan Hukum Goldilocks: tidak terlalu mudah namun tidak terlalu sulit. Meningkatkan tingkat kesukaran secara bertahap akan membuat kita terus merasa tertantang dan tetap termotivasi setiap waktu.
20 – Sisi Negatif dari Menciptakan Kebiasaan Baik
Setiap hal memiliki efek positif dan negatif. Penulis tidak melewatkan hal tersebut. Bab yang menjadi penutup ini khusus membahas tentang sisi negatif dari kebiasaan baik.
Kebiasaan membuat kita dapat melakukan banyak hal tanpa berpikir. Namun, kita akan terbiasa dan berhenti memperhatikan kesalahan kecil. Kenyataannya, kita hanya memperkuat kebiasaan saat ini βbukan memperbaikinya. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa begitu suatu keterampilan telah dikuasai biasanya ada sedikit penurunan kinerja dari waktu ke waktu.
Untuk mengatasi hal ini, penulis memberikan solusi yakni membuat sistem untuk melakukan refleksi dan tinjauan untuk menyeimbangkan antara kebiasaan otomatis dan latihan yang disengaja.
Bagaimanapun kita tidak bisa mengulangi hal yang sama terus-menerus dan berharap menjadi luar biasa. Kita membutuhkan cara untuk tetap menyadari kinerja kita dari waktu ke waktu, sehingga dapat terus diperbaiki dan ditingkatkan.
Sistem ini memungkinkan perbaikan jangka panjang dari semua kebiasaan dengan mengungkap berbagai kesalahan. Tanpa refleksi, kita bisa membuat alasan, membuat rasionalisasi, dan berbohong pada diri sendiri.
James Clear sendiri menerapkan dua mode refleksi dan tinjauan utama. Setiap bulan Desember, ia melakukan review tahunan. Ia menghitung kebiasaan yang dilakukan selama setahun dan merenungkan kemajuannya (atau kekurangannya) dengan menjawab pertanyaan: apa yang berjalan baik dan tidak berjalan baik tahun ini, dan apa yang dapat dipelajari.
Enam bulan kemudian, ia membuat laporan integritas yang membantunya menyadari kesalahan dan memotivasi untuk kembali ke jalur yang benar. Ia menggunakannya sebagai waktu untuk meninjau kembali nilai-nilai inti yang dipegang dan mempertimbangkan apakah ia telah hidup sesuai dengan nilai tersebut.
Kedua laporan ini mencegah pergeseran bertahap yang terjadi tanpa disadari, serta memberikan pengingat tahunan untuk melihat kembali identitas yang diinginkan dan menunjukkan kapan harus meningkatkan kebiasaan, mengambil tantangan baru, dan fokus pada hal-hal mendasar. Terakhir, refleksi dan tinjauan menawarkan waktu yang ideal untuk meninjau kembali salah satu aspek terpenting dari perubahan perilaku: identitas.
Berikut adalah bagian terakhir dari resensi buku Atomic Habits karya James Clear. Bagaimana? Sudah siap action? Jangan menunggu waktu lama, ya! Ceritakan pengalamanmu menerapkan konsep Atomic Habits pada kolom komentar! π
Penulis: Afifah Ainun Mardiyah
Editor & Ilustrator: Farahlynaa