Guru yang Hebat Guru RevolusionerGuru yang Hebat Guru Revolusioner

Sebuah refleksi mental terhadap humanitas pendidik.

Keindahan bukan semata tersemat untuk dilihat dan dinikmati dengan segudang rasa kagum. Namun, muara dalam menakar rasa keindahan adalah dengan menyublimasi rasa tersebut sehingga menjelma para entitas ketulusan dalam diri untuk menjadi bagian dari yang terindah.

Selayaknya gambaran nyata tentang keindahan adalah merawat dan mengawal setiap sebaran-sebaran yang ada. Dengan setiap dan berdasarkan asupan kebutuhan untuk sesama demi terwujudnya keharmonisan alam dan sekitarnya.

Sebagai ujung tombak perubahan peradaban bangsa, suguhan, dan mengawal keindahan harus senantiasa digaungkan dan diterapkan oleh seorang guru. Lantunan keindahan tersebut bukan karena desain yang tertata dan aksesori yang begitu apik tersusun di helaan napas sang anak. Namun karena kemampuan dan dedikasi ketulusan sang guru untuk kemerdekaan anak-anaknya.

Guru abad XXI, bukan lagi guru biasa. Tetapi guru yang luar biasa, yang selalu belajar menakar dan memproyeksikan masa depan anak didiknya jauh melewati zamannya. Dia bukan hanya sebagai penggerak yang menyokong kapasitas untuk siap menjadi generasi yang melonjak secara akademik. Namun, dia sebagai katalisator terbentuknya mentalitas yang solid.

Mentalitas yang tidak termakan oleh gemuruh atau laju pergerakan jaman. Yang di mana dia bukan semata hadir sebagai tenaga mekanik akademik, tetapi guru harus mampu memoles dan membentuk mentalitas yang mumpuni.

Realitas kekinian, meroketnya degradasi mental, tidak terlepas dari tanggung jawab moral guru sebagai pendidik. Karena itu, sudah seharusnya sang guru untuk tidak berpangku tangan melihat laju perubahan yang ada. Namun, mengambil andil menjadi bagian hidup dari terbentuknya suatu mentalitas bangsa dan negara.

Sang guru harus khatam akan posisi yang dia emban sebagai entitas kebenaran. Sebagai pekerja kenabian yang harus menegakkan kehidupannya untuk komitmen akan eksistensi keberadaannya.

Dia yakin dan paham betul akan kondisi peserta didiknya sebagai wujud yang hidup dan tumbuh berasas kodratnya sendiri. Sosok kenabian harus bisa mengawal dan merawat pribadi peserta didiknya. Menjadi pribadi pembelajar yang akan terus menautkan karakter yang bijak dalam meretas kehidupannya di kemudian hari.

Untuk menyokong gerakan revolusi mental, tentu sang guru harus menjadi garda terdepan lahirnya peradaban bangsa dan negara. Mereka dituntut untuk berperan aktif dalam domain pendidikan tersebut dengan menciptakan ekosistem sekolah sebagai ruang untuk pembelajaran.

Hakikatnya, sekolah bukan benteng kokoh yang tersekat menjulang tinggi untuk karantina peserta didiknya. Akan tetapi, sekolah adalah kosmos peradaban yang lahir dari keharmonisan alam kehidupan.

Keseimbangan antara keluarga, masyarakat, dan sekolah itu sendiri adalah ruang hidup yang saling memangku amanah yang sama untuk kemajuan peradaban bangsa. Tidak ada sekolah yang berdiri dengan angkuhnya sambil melantang sendiri tanpa dukungan alam yang harmonis dan produktif.

Untuk menjawab berisiknya dan semakin mengerucutnya mentalitas yang ada, maka ekosistem pendidikan harus menjadi pilar yang utuh dan solid. Guru harus mendaulat kenabiannya dengan membekali peserta didiknya untuk memiliki kecakapan dan merawat kenabiannya. Mengambil peran aktif serta produktif dalam lini masing-masing.

Guru harus menjadi role model bagi alam dan sekitarnya. Bukan semata menjadi pengajar yang menyampaikan materi yang diajarkannya sambil mengejar nilai ketuntasan. Namun, guru masa depan harus mampu menjadi katalisator untuk lahirnya peradaban hebat.

Guru harus mampu mengambil andil untuk memerdekakan anak didiknya. Kemampuan tersebut antara lain mengidentifikasi, mengasah, dan mengasuh, serta mengoptimalkan potensi dan bakat anak didiknya. Dengan segenap usaha mereka agar melahirkan generasi emas di masa akan datang.

Selain itu, guru harus mendedikasikan hidupnya untuk menjadi seorang goalkeeper. Dia memangku tanggung jawab untuk memfilter dan menjadi penyaring akan tensi pengetahuan yang banyak menyesatkan ruang berpikir para peserta didik.

Sebagai goalkeeper, tentunya dia lahir dari pribadi yang bisa menjadi detonator handal. Mampu mendeteksi arah dan sasaran arus permasalahan anak didiknya. Selain itu, sebagai goalkeeper, guru harus mampu menggerakkan area sekitarnya untuk tetap waspada. Wawas diri terhadap bahaya yang akan senantiasa menyerang anak didiknya, baik secara implisit maupun eksplisit.

Entitas lain, guru harus menjadi pelopor perubahan dengan selalu menekankan tautan hati dalam menyikapi permasalahan yang ada.

Banyak anak yang tidak mampu belajar secara maksimal pada gurunya karena sang guru tidak mampu menyelami dunia dan permasalahan peserta didiknya. Anak menjadi lebih nyaman berbagi dan terbuka pada teman sebayanya. Anak merasa lebih mampu mengakomodasi perasan dan jiwanya ketimbang membagi perasaan pada gurunya.

Sudah seharusnya seorang guru harus mampu menjadi teman diskusi dan menciptakan suasana nyaman dalam bertukar pikiran. Guru harus mampu membangun situasi yang menyenangkan bagi peserta didik. Guru hebat masa kini harus mampu menjadi fasilitator yang baik bagi anak sehingga pola hubungan tersebut akan lebih produktif dan mampu menjaring kreativitas dan inovasi bagi anak didik.

Pendidik harus menjadi mediator unggul yang bijak. Mampu membentuk mentalitas andal guna terbentuknya peradaban bermartabat ke depannya.

Guru yang bijak akan mampu menjadi narahubung yang bijak pula bagi anak didiknya. Dengan sumber-sumber belajar yang beragam, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Adanya keberagaman asupan pengalaman yang ada, serta rahim dari latar belakang siswa yang berbeda, bukan menjadi aral. Namun, menjadi amunisi bagi sang guru untuk lebih memahami dan merangkul para siswanya memiliki mental produktif ke depannya.

Di titik ini, seorang guru yang revolusioner harus mampu menjadi pribadi yang bukan saja mampu mengerakkan, tetapi bisa mengawal siswa. Untuk lebih mampu merangkai indahnya perbedaan. Bukankah berbeda itu indah dan akan mengindahkan untuk menciptakan peradaban indonesia hebat.

Jadi, catatan penting dalam konteks mendefinisikan kembali nilai-nilai mentalitas bangsa, yaitu dengan mengambil langkah cepat dan nyata untuk entitas perubahan itu sendiri.

Guru adalah agent of change. Sudah seharusnya mampu merangkai dan menyokong keutuhan sikap dengan mematri nilai-nilai mentalitas yang tersaji. Apa pun kebijakan yang ada, apakah dia berlatar penggerak atau pelopor.

Sudah seharusnya sebagai seorang pendidik yang bijak akan selalu mengambil saripati kebaikan dari setiap kebijakan yang ada. Tetap melabuhkan diri dan jiwa untuk saling menautkan pola hubungan yang ada dengan dasar berbuat dan berpikir untuk lahirnya alam dan orientasi produktif peserta didik.

Semakin banyak desain kebaikan, maka entitas terwujudnya atau lahirnya mentalitas bangsa akan cepat terwujud. Gerakan perubahan itu bukan sekadar manuscript. Akan tetapi, akan berbulir dan tegak berdiri dengan apik dan paripurna.

Tentu dalam mengukir dan mengafirmasi mentalitas tersebut, guru hebat dan bermakna akan selalu menjadi teladan bagi sesama. Membangun kosmos pendidikan yang bermartabat ke depannya sehingga revolusi mental mampu bergaung dan terealisasi dengan baik dan bijaksana serta bermartabat.

Penulis : Askarim
Editor : Irfani S.
Gambar : Greelane, Ben Mullins, Annie Spratt

CATATAN :
Menyublimasi = mengubah empati menjadi sikap nyata
Katalisator = seseorang atau sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan dan menimbulkan kejadian baru atau mempercepat suatu peristiwa
Entitas = satuan yang berwujud; maujud
Kosmos = jagat raya; alam semesta
Role model = sosok yang dicontoh atau dijadikan panutan
Agent of change = pemicu terjadinya sebuah perubahan dalam suatu organisasi
Manuscript = naskah tulisan tangan yang menjadi kajian filologi

4 thoughts on “Guru yang Hebat, Guru Revolusioner”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!