Jika ditanya buku apa yang kubaca di SMA yang dampaknya paling berpengaruh terhadap situasi hidup saat ini ? Maka jawabannya adalah buku “Mengelola Hidup dan Merencanakan Masa Depan” karya Marwah Daud Ibrahim, P.hD.

Buku ini saya peroleh sebagai bagian dari hadiah lomba karya tulis ilmiah yang saya ikuti bersama rekan seangkatan, Ani, pada sekitar tahun 2007. Waktu itu, kami tidak memenangkan juara pertama. Namun, buku yang diselipkan dalam goodie bag kami ini ternyata memberikan pencerahan yang tidak ternilai harganya.

Pada mulanya, saya cukup pesimis. Buku bersampul biru sederhana dengan gambar stopwatch dan jam dinding itu secara estetika kurang menarik. Apalagi, saya pribadi kurang menggemari buku-buku dengan jenis pengembangan diri. Namun, karena buku ini merupakan hadiah, saya dan Ani kemudian sepakat untuk bergiliran membacanya.

Syukurlah kami mau memaksakan diri untuk membaca buku ini. Bukunya ternyata sangat inspiratif. Dari halaman pertama, kami sudah langsung bisa merasakan semangat dari penulisnya. Penulis juga langsung bisa meyakinkan kami tentang pentingnya memiliki kemampuan untuk mengelola waktu.

Marwah mengawali bukunya dengan menunjukkan serangkaian contoh perilaku dan kebiasaan manusia yang berbeda di negara maju dan di negara berkembang. Menurutnya, kesuksesan sebuah negara itu ditentukan dari akumulasi kesuksesan warga negaranya.

Sementara itu, faktor yang paling menentukan kesuksesan seseorang adalah bagaimana dia memanfaatkan waktu yang dimilikinya untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya. Karenanya, tidak mengherankan jika orang-orang di negara maju biasanya terlihat lebih sibuk dalam mengisi waktu yang dimilikinya. Dibandingkan orang-orang di negara yang sedang berkembang.

Lalu apa yang sebaiknya dilakukan? Marwah menawarkan sebuah langkah-langkah pengembangan Basic Life Skills Mengelola Hidup Merencanakan Masa Depan (MHMMD). Menurutnya, pelatihan ini jika dipahami dan diamalkan oleh banyak orang akan berdampak pada peningkatan jumlah kesuksesan masing-masing. Pada akhirnya pada kesuksesan negara.

Basic life skills ini dibangun dengan tiga tahapan: (1) perenungan, (2) pelatihan dan pembiasaan, (3) kisah sukses.

Perenungan: Fondasi Awal Perbuatan

Tahapan perenungan adalah tahapan awal yang menentukan keberhasilan seluruh proses pembentukan basic life skills ini. Tahapan ini penting karena di tahapan ini lah seseorang  bisa memutuskan tujuan dan arah hidupnya. Makin baik seseorang menjalani proses perenungan ini, makin jelas visi yang akan dia tuju. Ibarat mempersiapkan pelayaran, proses perenungan ini akan menghasilkan peta tujuan pelayaran.

Marwah mengamalkan nasihat ayahnya yang juga umum diberikan oleh orang tua Bugis termasuk orang tua saya: “Sebelum berangkat, tiba dulu; sebelum mulai, selesai dulu.” Sebuah kesamaan yang membuat saya makin bersemangat melanjutkan membaca.

Dalam prakteknya, proses perenungan ini perlu dibarengi dengan proses pengenalan diri sendiri. Ada tiga pertanyaan besar bagi orang-orang yang mau menjalani proses ini. Yang pertama adalah pertanyaan tentang masa lalu: “Dari mana saya?” Lalu, pertanyaan tentang situasi dan potensi saat ini: “Siapa kah saya?” Terakhir, pertanyaan tentang rencana masa depan: “Akan ke mana kah saya?”

Pertanyaan-pertanyaan ini sebaiknya dijawab secara tertulis, baik dibuat dalam bentuk narasi, daftar poin, maupun diagram pikir, sehingga memudahkan kita untuk kembali mengingat ketika mengalami situasi yang menyebabkan kita merasa meragukan diri sendiri, kehilangan arah, maupun kehilangan semangat.

Ibarat kompas atau peta, proses perenungan yang dituangkan secara tertulis ini akan berfungsi sebagai pedoman kita untuk menjalani kehidupan.

Setelah mengenali diri sendiri, prosesnya berlanjut pada proses perenungan untuk menetapkan cita-cita, sasaran dan langkah pencapaian tujuan. Bisa dimulai dengan membuat cita-cita yang secara umum, misalnya: “Menjadi orang baik.” Lalu dilanjutkan dengan cita-cita yang lebih spesifik dan realistis, seperti: “Mampu menyekolahkan anak yatim sebanyak 100 orang.”

Marwah menunjukkan pentingnya membuat cita-cita yang spesifik, lalu menuliskan target-target yang harus dipenuhi secara terperinci untuk mencapai cita-cita yang spesifik ini. Dengan membuat target yang terperinci, akan lebih mudah menguraikan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai target-target tersebut.

Pelatihan dan Pembiasaan: Fokus dalam Berbuat dan Menghadapi Konsekuensi

Selanjutnya, Marwah menekankan pentingnya fokus agar dapat mempercepat proses pencapaian target yang kemudian berakumulasi pada perwujudan tujuan besar atau cita-cita.

Marwah membandingkan proses pencapaian tujuan itu seperti proses memasak telur mata sapi. Dimulai dengan keinginan untuk memakan telur mata sapi, kemudian kita mulai menyiapkan alat dan bahan sebelum memulai proses memasak. Jika ini adalah pertama kalinya kita memasak, tentu hal-hal tersebut akan terasa rumit dan melelahkan. Namun, ketika kita sudah terbiasa melakukannya, membuat telur mata sapi akan menjadi sebuah kegiatan yang sangat mudah dan cepat bagi kita.

Begitu pula proses pencapaian target ini. Di awal mungkin terasa rumit dan memakan waktu lama. Namun, ketika sering dilakukan, maka lama kelamaan akan membentuk kebiasaaan yang kemudian bahkan membuat kita secara otomatis berusaha mencapai target-target itu.

Yang menarik, Marwah menunjukkan bahwa ada satu tahapan penting dalam proses pencapaian tujuan yang sering dilupakan orang-orang. Yakni, setelah menikmati hasil dari pencapaian tujuan, ada tahapan penyelesaian konsekuensi dan evaluasi.

Marwah menuliskan bahwa, kebanyakan orang terlalu fokus pada pencapaian target sehingga ketika berhasil memperoleh keberhasilannya, mereka hanya berhenti pada tahap menikmati hasil. Padahal, untuk setiap capaian, selalu ada konsekuensi dan diperlukan evaluasi. Misalnya, setelah menikmati telur mata sapi, tentu perlu mencuci piring bekas makannya (konsekuensi). Lalu, untuk memastikan agar bisa lebih baik dalam menggoreng telur, tentu perlu mengevaluasi apakah telurnya sudah pas tingkat kematangannya, rasanya, hingga bagaimana agar ke depannya tidak perlu mencuci piring bekas makannya.

Mengabaikan tahap konsekuensi dan evaluasi ini bisa berdampak besar sesuai dengan target capaian. Mengabaikan mencuci piring setiap kali menggoreng telur akan menghasilkan tumpukan piring kotor di dapur.

Bayangkan, seseorang yang berambisi menjadi pengusaha tambang batu bara terbesar di Indonesia, lalu dalam prosesnya dia menggali dan mengeruk batu bara seluas-luasnya. Jika dia hanya berhenti pada proses menikmati hasil, maka akan ada konsekuensi luas bagi lingkungan yang dampaknya tidak hanya mengena dirinya sendiri tetapi juga ribuan atau jutaan tanaman, hewan, dan bahkan penduduk di sekitar tambangnya.

Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa untuk setiap pencapaian target atau tujuan selalu ada konsekuensi yang perlu dilakukan untuk mencegah agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan baik bagi diri sendiri maupun lingkungan dan orang-orang di sekitar. Sementara itu, proses evaluasi penting untuk memperbaiki cara dan mengefisienkan waktu dalam proses pencapaian target berikutnya.

Kisah Sukses: Diri Sendiri dan Orang Lain

Setelah terbiasa mencapai target yang direncanakan, penting bagi seseorang untuk menyusun peta hidup (tentu saja secara tertulis) agar bisa mengelola waktu secara lebih efektif sepanjang hidupnya.

Penyusunan peta hidup ini secara tidak langsung untuk membiasakan diri berpikir panjang sehingga tidak terjebak dalam pencapaian target kecil yang kemudian ternyata justru punya konsekuensi yang tidak baik dalam jangka panjangnya.

Selain itu, peta hidup juga membantu kita untuk lebih menghargai hidup yang kita jalani. Hal ini penting mengingat dalam proses kehidupan selalu saja ada ujian dan tantangan yang mungkin saja membuat diri kita merasa putus asa dan kehilangan arah. Dengan adanya peta yang tertulis, kita bisa melihat ke tahun-tahun penuh pencapaian/kegagalan kita. Ini kemudian bisa membantu melecutkan kembali semangat hidup di masa-masa ini.

Kita juga bisa menilai dampak dari masalah atau tantangan yang kita hadapi saat ini dengan rencana-rencana kita di masa depan. Jika ujian ini penting untuk keberlanjutan rencana kita di masa depan, maka kita perlu secara serius menghadapi dan berupaya menyelesaikannya sebaik-baiknya. Jika tidak, tidak ada salahnya juga untuk tidak memaksakan diri dan mengambil jalan mengalah demi kesehatan mental/kewarasan kita di masa depan.

Membuat keputusan-keputusan di masa kritis ini kemudian menjadi lebih mudah karena kita tahu persis apa yang kita inginkan di masa depan.

Terakhir, Marwah menunjukkan pentingnya sikap selalu ingin belajar dari siapa pun mengenai apa pun yang bermanfaat. Sikap ini lah yang akan membantu kita untuk dapat konsisten dalam menjalani dan mewujudkan apa-apa yang sudah kita tuliskan dalam peta hidup.

Kisah sukses orang-orang, mulai dari yang terkenal sehingga punya biografi hingga orang-orang sekitar yang mungkin bukan siapa-siapa, bisa jadi merupakan pengalaman berharga yang sewaktu-waktu justru bermanfaat bagi diri kita. Selain itu, pengalaman-pengalaman mereka bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk tetap mempertahankan semangat sehingga dapat mewujudkan apa yang kita cita-citakan.

Pada akhirnya, ketika kita pun telah menjadi pribadi yang terbiasa mencapai apa yang dicita-citakan. Sukses menjadi sebuah karakter yang melekat pada pribadi kita. Semoga kita menjadi bagian dari orang-orang yang kesuksesannya berakumulasi pada kesuksesan negara.

Baca juga: Nini Piramida

Keterangan:
Goodie Bag: tas yang berisi bermacam-macam benda, umumnya diberikan pada tamu saat ada kegiatan
Basic Life Skills: kemampuan hidup dasar


Penulis & Ilustrasi: Faudzan Farhana
Editor: Irfani Sakinah

2 thoughts on “Rahasia Pengelolaan Waktu”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!